PENGARUH RATA LAMA SEKOLAH,UMUR HARAPAN HIDUP SERTA PDRB PER KAPITA TERHADAP KEMISKINAN MELALUI ANALISIS JALUR PENGANGGURAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Ahmad Bayu Bagas Samudra1, Mohammad Wahed2
Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur,
Surabaya.
bagasahmad03@gmail.com
Abstrak
Kemiskinan merupakan permasalahan
umum di Negara-negara berkembang. Kemiskinan muncul karena ketidakmampuan
sebagian masyarakat untuk menyelenggarakan hidupnya sampai suatu taraf yang
dianggap manusiawi Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tidak
langsung antara komponen IPM yaitu Rata-rata Lama Sekalah, Umur Harapan Hidup
dan PDRB Perkapita terhadap kemiskinan melalui Tingkat Pengangguran Terbuka di
Provinsi Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan metode
kuantitatif. Analisis data menggunakan analisis jalur dengan uji sobel sebagai
pengujianya. Data time series menggunakan periode tahun 2002-2021. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka mampu menjadi variabel antara
(intervening) yang menjelaskan pengaruh tidak langsung antara Umur Harapan
Hidup terhadap tingkat kemiskinan. Selain itu pengaruh tersebut memiliki
hubungan positif yang artinya ketika umur harapan hidup masyarakat mengalami
peningkatan, maka akan menambah tingkat kemiskinan.
Kata Kunci: kemiskinan, pengangguran,
rata-rata lama sekolah, umur
harapan hidup, PDRB perkapita, sobel test
Abstract
Poverty is a common problem in developing countries. Poverty arises due to
the inability of some people to organize their lives to a level that is
considered humane. This study aims to determine the indirect effect of HDI
components, namely Average Length of Schooling, Life Expectancy and Per Capita
GRDP on poverty through the Open Unemployment Rate in Yogyakarta Province. This
study uses secondary data with quantitative methods. Data analysis used path
analysis with the Sobel test as the test. Time series data uses the period
2002-2021. The results of the study show that the Open Unemployment Rate can be
an intervening variable which explains the indirect effect of Life Expectancy
on poverty levels. In addition, this influence has a positive relationship,
which means that when people's life expectancy increases, it will increase the
level of poverty.
Keywords:
poverty, unemployment, average length of
schooling, life expectancy, per capita GRDP, Sobel Test
PENDAHULUAN
Indonesia Sebagai negara berkembang memiliki suatu permasalahan kemiskinan
mulai dari desa-desa hingga masyarakat kawasan kumuh di perkotaan (Sholichah, 2017) (Arfiani, 2020).
Laporan Badan Pusat Statistik tentang jumlah penduduk miskin mengungkapkan
terdapat disparitas demografis antara Jawa dan pulau-pulau lain di Indonesia (Dwiputra,
2018).
Walaupun pulau jawa memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan
ekonomi, akan tetapi dari segi banyaknya jumlah penduduk miskin jawa memiliki
penduduk miskin terbanyak di Indonesia sebesar 14,02 juta orang (Puspita, 2015).
Menurut (Ningrum et al., 2020), Daerah
Istimewa Yogyakarta adalah provinsi paling miskin di Pulau Jawa. Jika
dibandingkan dengan nilai rata-rata nasional sebesar 11,13 persen, maka angka
kemiskinan pada tahun 2015 mencapai 13,20 persen atau lebih tinggi, lebih
tinggi dibandingkan dengan lima provinsi di Jawa lainnya yaitu DKI Jakarta,
Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Menurut data BPS Maret 2018,
Daerah Istimewa Yogyakarta menduduki peringkat provinsi termiskin di pulau
Jawa, dengan jumlah penduduk miskin 460,00 jiwa ribu orang dan sampai saat ini,
Provinsi Yogyakarta memiliki tingkat kemiskinan tertinggi di Jawa sebesar
13,1%. Hal ini menjadikannya salah satu provinsi dengan tingkat kemiskinan yang
cukup tinggi (BPS, 2018).
Adapun perkembangan Tingkat kemiskinan di Provinsi DI Yogyakarta tahun
2002-2021 dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut.
Gambar 1. Tingkat
Kemiskinan Provinsi di Yogyakarta
Dari gambar 1 diatas menunjukan bahwa tingkat kemiskinan di Provinsi DIY
cenderung menurun dari tahun ke tahun. Angka kemiskinan terbesar terjadi pada
tahun 2002, besarnya angka kemiskinan ini terjadi karena keadaan pasca krisis
moneter di Indonesia yang terjadi di tahun 1998. Dan tingkat kemiskinan
terendah terjadi di tahun 2019 sebesar 11,7 walaupun pada tahun selanjutnya
naik Kembali dikarenakan wabah covid-19. Walaupun tiap tahunnya mengalami penurunan
akan tetapi angka kemiskinan ini masih cukup besar dibandingkan Provinsi di
jawa lainya.
Kemiskinan telah menghalangi anak-anak untuk mendapatkan pendidikan yang
berkualitas, mempersulit untuk mendapatkan perawatan kesehatan, akses terbatas
ke layanan publik serta menghambat pertumbuhan ekonomi (Bangun, 2020). Walaupun angka
kemiskinan cukup tinggi, akan tetapi Provinsi Yogyakarta memiliki indeks
pembangunan manusia dengan kategori sangat tinggi bahkan peringkat ke-2 di
Indonesia. Menurut, United Nation Development Programme (UNDP) Indeks
pembangunan manusia yang sering disebut dengan IPM merupakan salah satu
indikator yang digunakan untuk menentukan tingkat pembangunan ekonomi.
Indikator ini mengukur tingkat kualitas fisik dan non fisik penduduk, seperti
indikator tingkat kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Dalam hal ini mengartikan
bahwa kekayaan bangsa yang sebenarnya terdiri dari rakyatnya (UNDP, 2004)
Menurut (Permana, 2018) Perkembangan
Tingkat pengangguran terbuka (TPT) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
tercatat menempati posisi ketujuh terendah di Indonesia jika dibanding dengan
daerah lainnya per bulan februari tahun 2022 ini. Bila dilihat lebih detail ke
kabupaten dan kota yang ada di Yogyakarta, Kota Yogyakarta mencatatkan TPT
tertinggi dibandingkan dengan 4 kabupaten yang lain yang ada di Indonesia. TPT
Kota Yogyakarta pada Agustus 2017 tercatat sebesar 5,08 persen. Sementara itu
TPT terendah di Kabupaten Gunungkidul yang mencapai 1,68 persen. Tiga kabupaten
lain yaitu Kulon Progo, Bantul, dan Sleman mencatat TPT yang bervariasi,
masing-masing 1,99 persen; 3,12 persen dan 3,51 persen. Berdasarkan data Badan
Pusat Statistik (BPS), DIY termasuk daerah yang memiliki TPT terendah di
Indonesia. dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut.
Gambar 2.
Pekembangan TPT Provinsi di Yogyakarta 2002-2021
Dari gambar 2 diatas menunjukan bahwa tren perkembangan tingkat
pengangguran terbuka di Provinsi Yogyakarta memiliki tren menurun yang berarti
dalam periode 20 tahun terakhir tingkat pengangguran semakin sedikit dari tahun
ke tahun. Tingkat pengangguran tertinggi terjadi pada tahun 2005, tingginya
angka pengangguran ini terjadi pasca krisis ekonomi yang melanda ekonomi
nasional. Selepas tahun 2005 terjadi penurunan angka pengangguran secara
signifikan, menurut mentri perindustrian penurunan ini terjadi karena terdapat
pembangunan industrialisasi besar-besaran yang dapat membuka lapangan pekerjaan
baru (Sekretaris Jenderal Perindustrian, 2008).
Penciptaan masyarakat yang sejahtera dapat dicapai melalui pertumbuhan
masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah bersama seluruh lapisan masyarakat dalam rangka mencapai penghidupan
yang lebih baik, dan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kesejahteraan
(Zamruddin Hasid, 2019). Peningkatan
kapasitas fundamental penduduk secara alami mengikuti perkembangan sumber daya
manusia, baik sumber daya tersebut dikembangkan secara fisik maupun dengan cara
lain. Rakyat perlu memiliki beberapa kualitas mendasar untuk memperluas ruang
lingkup peluang yang tersedia untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan (Raharti et al., 2020). Peningkatan
kemampuan fundamental juga dapat dilakukan melalui peningkatan tingkat
pendidikan, kesehatan, dan keahlian yang dimiliki oleh penduduk secara
keseluruhan. Hal ini penting karena memiliki potensi untuk mewujudkan
masyarakat yang sejaterah dan bebas dari jerat kemiskinan.
Selanjutnya riset ini menganalisis pengangguran terbuka di D.I. Yogyakarta.
Provinsi ini memiliki karakteristik yang unik terkait dengan indikator indeks
pembangunan manusia yaitu Tingkat Pendidikan, Tingkat Kesehatan dana Tingkat
PDRB perkapita, pengangguran dan kemiskinan. Tingkat indikator IPM yang tinggi
D.I. Yogyakarta relatif tinggi, demikian pula tingkat pengangguran di D.I.
Yogyakarta terendah dibandingkan provinsi lain di Pulau Jawa. Akan tetapi
rendahnya tingkat pengangguran ini disertai dengan tingginya angka kemiskinan.
Berdasarkan data dan uraian tersebut di atas mengenai lama sekolah, Harapan
hidup, PDRB perkapita, indeks pembangunan manusia, dan kemiskinan di Provinsi
DI Yogyakarta.
Kemiskinan
Kemiskinan adalah kondisi kehidupan yang serba kekurangan
yang dialami seorang atau rumah tangga sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan
minimal atau yang layak bagi kehidupannya.Kebutuhan dasar minimal yang dimaksud
adalah yang berkaitan dengan kebutuhan pangan, sandang, perumahan dan kebutuhan
sosial yang diperlukan oleh penduduk atau rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya secara layak (Priambodo, 2022). Sedangkan pendapat lain Kemiskinan dimaknai sebagai
gejala penurunan kemampuan seseorang atau sekelompok orang atau wilayah
sehingga mempengaruhi daya dukung hidup seseorang atau sekelompok tersebut,
dimana pada suatu titik waktu secara nyata mereka tidak mampu mencapai
kehidupan yang layak (Wulandari, 2018).
Pengangguran
Standar
pengertian yang sudah ditentukan secara internasional, yang dimaksudkan dengan
pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan dalam angkatan kerja yang
secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi
tidak dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkannya. Formula yang digunakan
dalam menyusun Tingkat Pengangguran Tersebut adalah sebagai Berikut:
Umur Panjang dan Hidup Sehat
Definisi kesehatan
menurut Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
menyebutkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa
dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Dengan demikian kesehatan selain sebagai hak asasi manusia juga
merupakan sebuah investasi bagi masyarakat. Kesehatan merupakan modal yang
penting dalam menciptakan peluang-peluang untuk mampu beraktivitas secara
normal. Kondisi kesehatan yang baik dapat menjamin manusia dalam melakukan
berbagai kegiatan pada kehidupan sehari-harinya. Menurut BPS, pembangunan
manusia yang komprehensif pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan dan
mempertahankan derajat kesehatan manusia secara merata. Namun
hal ini tampaknya masih menjadi persoalan
klasik di tingkat kabupaten.
Pendidikan
Pendidikan merupakan
salah satu aspek yang sangat penting dan strategis bagi kehidupan manusia, pendidikan
mempunyai peran yang cukup dominan dalam membekali manusia untuk menyongsong
masa depan yang menuju ke arah yang lebih baik. Pendidikan memegang peranan
penting sebagai penentu kualitas sumber daya manusia. Untuk mengupayakan
perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu, negara
menyelenggarakan program wajib belajar untuk pendidikan dasar. Peraturan Pemerintah (PP) nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar menyatakan bahwa
pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab untuk memberikan pendidikan
minimal bagi warga negara Indonesia, serta untuk melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi. Sebagaimana yang tertera dalam UUD 1945, bahwa setiap warga
negara wajib mengikuti pendidikan dasar, dan pemerintah wajib membiayainya.
Standar Hidup Layak
Dimensi lain dari ukuran
kualitas hidup manusia adalah standar hidup layak. Standar hidup layak
menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat yang dinikmati sebagai dampak
dari semakin meningkatnya perekonomian masyarakat. UNDP mengukur standar hidup
layak dengan menggunakan Produk Domestik Bruto riil yang disesuaikan, sedangkan
BPS dalam menggunakan standar hidup layak menggunakan rata-rata pengeluaran per
kapita riil yang disesuaikan.
Metode
Penelitian ini merupakan penelitian
dekriptif kuantitatif yang bertujuan
untuk menganalisis indikator IPM (Rata-Rata Lama Sekolah, Umur Harapan
Hidup dan PDRB Per Kapita) terhadap
Kemiskinan memlaui Tingkat pengangguran di
Provinsi Yogyakarta tahun 2002-2021. Data yang digunakan
dalam penelitian menggunakan data sekunder yang diterbitkan BPS Indonesia, dan daerah Yogyakarta tahun 2002-2021.
Dalam penelitian ini metode analisis
data menggunakan analisis jalur dengan menggunakan uji sobel (Sobel Test)
untuk mengetahui pengaruh secara tidak langsung antara variabel dependen dan
independen. Adapun model analisis jalur pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Gambar 3 Kerangka
Konseptual
Keterangan:
X1 = Rata-rata lama
sekolah (RLS)
X2 = Umur harapan hidup
(UHH)
X3 = PDRB Perkapita
M = Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT)
Y = Kemiskinan
Berdasarkan model
analisis jalur di atas, Rata-rata lama sekolah (X1). Umur harapan hidup (X2),
dan PDRB Perkapita (X3) dilakukan uji regresi untuk mengetahui pengaruhnya terhadap Tingkat Pengangguran
Terbuka (M) secara langsung
dapat ditulis dengan persamaan sub-struktur 1 sebagai berikut.
M = β0 + β 1X1 +
β 2X2 + m1
Adapun variabel X1, X2, X3, dan M juga dilakukan uji regresi untuk
mengetahui pengaruhnya secara langsung terhadap Kemiskinan (Y) yang ditulis
dengan persamaan sub-struktur 2 sebagai berikut.
Y = β0 + β 1X1 +
β 2X2 + βY1 + m1
Kemiskinan (Y) Rata-rata lama sekolah (X1).
Umur harapan hidup (X2), dan PDRB Perkapita (X3) dan juga Tingkat Pengangguran
Terbuka (M) hasil dari kedua Sub-Struktur regresi tersebut maka akan didapatkan
nilai koefisien yang menunjukkan kontribusi ataupun pengaruh dari variabel X1,
X2, dan X3 secara tidak langsung terhadap Y melalui variabel perantara yaitu M.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini, analisis
yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah menggunakan analisis jalur (path
analysis) dengan Uji Sobel. Analisis ini digunakan untuk mengetahui tingkat
pengaruh pada suatu hubungan kausal antar variabel secara tidak langsung.
Sebelum melakukan uji sobel dilakukan uji regresi berganda dengan menggunakan 2
substruktur sebagai berikut:
Tabel 1
Sub-Struktur 1 (Dependent Variable: Tingkat Pengangguran Terbuka)
Variabel |
Unstandardized
Coefficients |
t |
Sig. |
|
B |
Std.
Error |
|||
(Constant) |
99.302 |
168.641 |
0.589 |
0.564 |
RLS |
-1.915 |
1.826 |
-1.048 |
0.309 |
UHH |
0.317 |
0.095 |
2.344 |
0.034 |
PDRBPerKapita |
-0.403 |
1.066 |
-0.378 |
0.709 |
Dari table
1 dapat ditulis persamaan sebagai berikut.
M = β0 + β 1X1 +
β 2X2 + m1
M = 99.302 - 1.915X1 + 317X2 - 403X3
Sub-Struktur 2 (Dependent Variable: Kemiskinan)
Variabel |
Unstandardized
Coefficients |
t |
Sig. |
|
B |
Std.
Error |
|||
(Constant) |
-212.747 |
83.011 |
-2.563 |
0.023 |
RLS |
-4.23 |
1.358 |
-3.116 |
0.008 |
UHH |
4.357 |
1.353 |
3.221 |
0.006 |
PDRB Per Kapita |
-0.034 |
0.492 |
-0.069 |
0.946 |
TPT |
-0.771 |
0.299 |
-2.581 |
0.022 |
Dari table
2 dapat ditulis persamaan sebagai berikut.
Y =
β0 + β 1X1 +
β 2X2 + βY1 + m1
Y = -212.747 - 4.230 X1 + 4.357 X2 - 0.034 X3 -0.771 M
Dari hasil regresi tersebut, didapatkan model analisis jalur
sebagai berikut:
Analisis jalur dari Rata-Rata Lama Sekolah (X1)
Sobel
Test
test
statistic : -0.97146705
Standart
Error : 1.51983023
p-value
(probability) : 0.33131575
Analisis jalur dari Umur Harapan Hidup (X2)
Sobel
Test
test
statistic : -2.0403664
Standart
Error : 0.11978584
p-value
(probability) : 0.04131385
Analisis jalur dari pdrb Per Kapita
(X3)
Sobel Test
test
statistic : -0.37405013
Standart
Error : 0.83067209
p-value
(probability) : 0.70836702
Dari model analisis jalur di atas dapat diinterpretasikan
sebagai berikut:
1.
Dari hasil perhitungan
Sobel test standart Error di atas mendapatkan nilai probabilitas sebesar 0.331,
karena nilai probabilitas yang diperoleh sebesar 0. 331> 0,05 atau dengan
tingkat signifikansi 5%, maka membuktikan bahwa tidak terdapat pengaruh
Rata-Rata Lama Sekolah (X1) terhadap Kemiskinan (Y) melalui TPT (M) atau dapat dilihat
dari hasil perhitungan Sobel test z statistik di atas mendapatkan nilai sebesar
0.971, menurut gozali (2015) signifikansinya adalah 0.05 atau 5% atau 1.98
dalam z tabel. Sehingga 0.971< 1,98 maka membuktikan bahwa tidak terdapat
pengaruh Rata-Rata Lama Sekolah (X1) terhadap Kemiskinan (Y) melalui TPT (M)
2.
Dari hasil perhitungan
Sobel test di atas mendapatkan nilai probabilitas sebesar 0.041 karena nilai
probabilitas yang diperoleh sebesar 0. 041 < 0,05 atau dengan tingkat
signifikansi 5%, maka membuktikan bahwa terdapat pengaruh Umur Harapan Hidup
(X2) terhadap Kemiskinan (Y) melalui TPT (M) atau dapat dilihat dari hasil
perhitungan Sobel test z statistik di atas mendapatkan nilai sebesar 2.040
menurut gozali (2015) signifikansinya adalah 0.05 atau 5% atau 1.98 dalam z
tabel. Sehingga 2.040 > 1,98 maka membuktikan bahwa terdapat pengaruh Umur
Harapan Hidup (X2) terhadap Kemiskinan (Y) melalui TPT (M)
3.
Dari hasil perhitungan
Sobel test di atas mendapatkan nilai probabilitas sebesar 0. 708 karena nilai
probabilitas yang diperoleh sebesar 0. 708 > 0,05 atau dengan tingkat
signifikansi 5%, maka membuktikan bahwa tidak terdapat pengaruh PDRB Per Kapita
(X3) terhadap Kemiskinan (Y) melalui TPT (M) atau dapat dilihat dari hasil
perhitungan Sobel test z statistik di atas mendapatkan nilai sebesar 0. 374
menurut gozali (2015) signifikansinya adalah 0.05 atau 5% atau 1.98 dalam z
tabel. Sehingga 0.374< 1,98 maka membuktikan bahwa tidak terdapat pengaruh
PDRB Per Kapita (X3) terhadap Kemiskinan (Y) melalui TPT (M)
Pengaruh Rata-Rata Lama Sekolah terhadap Kemiskinan melalui
Tingkat Pengangguran Terbuka
Dari
hasil penelitian ini diketahui rata-rata lama sekolah tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kemiskinan melalui tingkat pengangguran terbuka. Ini mengindikasikan
bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka bukan merupakan variabel intervening yang
baik sebagai variabel perantara antara variabel rata-rata lama sekolah terhadap
Kemiskinan. Hal ini disebabkan karena tidak adanya pengaruh secara langsung
antara rata-rata lama sekolah dengan tingkat pengangguran terbuka. Akan tetapi
dilihat dari pengaruhnya secara langsung antara Rata-Rata Lama Sekolah terhadap kemiskinan memiliki pengaruh negatif dan signifikan.
Menurut (Rafiqi,
2020) (Handayani
et al., 2016) (Maulana
& Bowo, 2013), Besarnya angka rata-rata lama
sekolah masyarakat di suatu daerah akan berpengaruh terhadap kualitas
pendidikan masyarakat di daerah tersebut. Apabila kualitas rata-rata lama sekolah
masyarakat meningkat, maka akan berpengaruh meningkatkan taraf kesejahteraan
masyarakat tersebut. Hal ini dikarenakan peningkatan kesejahteraan akan
mendorong produktivitas atau meningkatkan aktivitas dalam bekerja ataupun
melaksanakan pendidikan. Meningkatnya taraf kesejahteraan ini akan berpengaruh
mengurangi jumlah penduduk miskin di daerah tersebut. Berdasarkan mekanisme
tersebut, maka rata-rata lama sekolah berpengaruh negatif terhadap tingkat
kemiskinan di suatu daerah. Pembangunan ekonomi maupun pembangunan pada
bidang-bidang lainnya selalu melibatkan sumber daya manusia sebagai salah satu
pelaku pembangunan, oleh karena itu jumlah penduduk di dalam suatu negara
adalah unsur utama dalam pembangunan.
Pengaruh Umur Harapan Hidup terhadap
Kemiskinan melalui Tingkat Pengangguran Terbuka
Dari hasil penelitian ini
diketahui Umur Harapan Hidup berpengaruh secara signifikan terhadap kemiskinan
melalui tingkat pengangguran terbuka. Ini mengindikasikan bahwa Tingkat
Pengangguran Terbuka merupakan variabel intervening yang baik sebagai variabel
perantara antara variabel Umur Harapan Hidup terhadap Kemiskinan. Hal ini
disebabkan karena adanya pengaruh secara langsung antara umur harapan hidup
dengan tingkat pengangguran terbuka dan tingkat pengangguran terbuka terhadap
kemiskinan.
Pada penelitian ini
menolak dari pernyataan (Bintang
& Woyanti, 2018) (Suharlina,
2020) yang menyatan bahwa apabila tingkat
kesehatan di suatu masyarakat baik maka bisa di katakan kualitas SDM dalam
kegiatan ekonomi dan produktivitas umumnya lebih tinggi. Pemberi kesempatan
kerja di samping membutuhkan SDM yang berpendidikan tetapi juga sehat secara
jasmani, mental dan memiliki kesadaran akan kesehatan yang tinggi. Inilah yang
menyebabkan kesehatan menunjukkan hasil yang negatif signifikan terhadap
tingkat penganggura. Dalam penelitian ini peningkatan kesehatan melalui angka
harapan hidup ini justru akan menambah penduduk nonproduktif
yang dikategorikan usia diatas 65 tahun. Banyaknya penduduk nonproduktif ini
akan mempengaruhi tingkat pengangguran dan pada akhirnya dengan tingginya
pengangguran ini akan meningkatkan kemiskinan. Seperti yang dijelaskan oleh (Ishak, 2018) pengangguran akan
meningkatkan jumlah kemiskinan. Karena banyaknya yang menganggur berdampak
rendahnya pendapata ekonomi mereka. sementara biaya hidup terus berjalan. Ini
akan membuat mereka tidak dapat meandiri dalam menghasilkan finansial untuk
kebutuhan hidup para pengangguran
Pengaruh PDRB Perkapita terhadap
Kemiskinan melalui Tingkat Pengangguran Terbuka
Berdasarkan hasil
penelitian ini diketahui PDRB Perkapita tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kemiskinan melalui tingkat pengangguran terbuka. Ini mengindikasikan
bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka bukan merupakan variabel intervening yang
baik sebagai variabel perantara antara variabel PDRB Perkapita terhadap
Kemiskinan. Hal ini disebabkan karena tidak adanya pengaruh secara langsung
antara ketiga varibael tersebut, baik antara PDRB Perkapita dengan tingkat
pengangguran terbuka maupun PDRB Perkapita dengan tingkat kemiskinan.
Dilihat dari hubunganya,
PDRB per kapita bersifat negatif terhadap kemiskinan karena pertumbuhan dari
PDRB masih lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan penduduk. Ketika pertumbuhan
PDRB meningkat, sedangkan penduduk sebagai angka pembaginya lebih kecil maka
akan memperluas kesempatan kepada setiap individu untuk memperoleh manfaat dari
pertumbuhan ekonomi tersebut. Dengan kata lain, nilai tambah yang dihasilkan
oleh tiap individu juga akan bertambah. Sehingga diharapkan terjadi distribusi
pendapatan yang lebih merata. Dilihat dari hunbungnya hasil penelitian ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan Yuliana
(2019) menyatakan
bahwa kenaikan PDRB per kapita mengindikasikan terjadinya perbaikan kesejahteraan masyarakat dan pengurangan tingkat kemiskinan di suatu wilayah.
Kesimpulan
Dari hasil
penelitian ini diketahui
bahwa rata-rata lama sekolah tidak berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan
melalui tingkat pengangguran terbuka. Namun dilihat
dari pengaruh langsung rata-rata lama sekolah
terhadap kemiskinan memiliki
pengaruh yang negatif dan signifikan. Umur
Harapan Hidup berpengaruh
signifikan terhadap kemiskinan melalui tingkat pengangguran terbuka. Sehingga
dapat dikatakan Tingkat Pengangguran Terbuka merupakan variabel intervening
yang baik sebagai variabel mediasi
antara variabel Umur Harapan Hidup terhadap variabel Kemiskinan. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui PDRB Perkapita tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap kemiskinan melalui tingkat pengangguran terbuka. Ini
mengindikasikan bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka bukan merupakan variabel
intervening yang baik sebagai variabel perantara antara variabel PDRB Perkapita terhadap Kemiskinan.
DAFTAR PUSTAKA
Arfiani, D. (2020). Berantas
Kemiskinan. Alprin.
Bangun, R. H. (2020). Determinan
peningkatan pembangunan manusia di Sumatera Utara. Publikauma: Jurnal
Administrasi Publik Universitas Medan Area, 8(1), 3239. :
10.31289/publika.v8i1.3066
Bintang, A. B. M., & Woyanti, N.
(2018). Pengaruh PDRB, Pendidikan, Kesehatan, Dan Pengangguran Terhadap Tingkat
Kemiskinan Di Jawa Tengah (2011-2015). Media Ekonomi Dan Manajemen, 33(1),
2028. https://doi.org/10.24856/mem.v33i1.563
BPS. (2018). Badan Resmi
Statistik : Profil kemiskinan di indonesia.
Dwiputra, R. M. (2018). Analisis
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketimpangan Pendapatan di Indonesia (Periode
2011-2016). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Brawijaya.
Handayani, N. S., Bendesa, I., &
Yuliarmi, N. (2016). Pengaruh Jumlah Penduduk, Angka Harapan Hidup, Rata-Rata
Lama Sekolah, dan PDRB Per Kapita Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi
Bali. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana, 5(10),
34493474.
Ishak, K. (2018). Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Pengangguran Dan Inflikasi Terhadap Indeks Pembangunan Di
Indonesia. Iqtishaduna: Jurnal Ilmiah Ekonomi Kita, 7(1), 2238.
Maulana, R., & Bowo, P. A.
(2013). Pengaruh pertumbuhan ekonomi, pendidikan dan teknologi terhadap ipm
provinsi di indonesia 2007-2011. Jejak, 6(2). https://doi.org/10.15294/jejak.v6i2.3886
Ningrum, J. W., Khairunnisa, A. H.,
& Huda, N. (2020). Pengaruh kemiskinan, tingkat pengangguran, pertumbuhan
ekonomi dan pengeluaran pemerintah terhadap indeks pembangunan manusia (IPM) di
Indonesia tahun 2014-2018 dalam perspektif Islam. Jurnal Ilmiah Ekonomi
Islam, 6(2), 212222. http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v6i2.1034
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan, 21 Pemerintah Pusat Indonesia 1 (2009).
Permana, D. D. (2018). Analisis
Pengangguran Di Yogyakarta.
Priambodo, A. (2022). Kontribusi
Tingkat Kemiskinan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Purbalingga. Perwira
Journal of Economics & Business, 2(1), 6571. https://doi.org/10.54199/pjeb.v2i1.78
Puspita, D. W. (2015). Analisis
Determinan Kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah. JEJAK: Jurnal Ekonomi Dan
Kebijakan, 8(1). https://doi.org/10.15294/jejak.v8i1.3858
Rafiqi, A. S. (2020). Pengaruh
Rata-Rata Lama Sekolah, Pengeluaran Riil Perkapita, Pertumbuhan Ekonomi Dan
Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Provinsi DI Yogyakarta [Uin Syarif
Hidayahtullah Jakarta]. Skripsi.
Raharti, R., Sarnowo, H., &
Aprillia, L. N. (2020). Analisis Pertumbuhan Ekonomi Dan Indeks Pembangunan
Manusia Di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Perspektif Ekonomi Darussalam
(Darussalam Journal of Economic Perspec, 6(1), 3653. https://doi.org/10.24815/jped.v6i1.16364
Sholichah, N. (2017). Apresiasi
Masyarakat Miskin Terhadap Layanan Sosial Dasar Pemerintah. Apresiasi
Masyarakat Miskin Terhadap Layanan Sosial Dasar Pemerintah, 1(1),
121. https://doi.org/10.25139/jkp.v7i2
Suharlina, H. (2020). Pengaruh
Investasi, Pengangguran, Pendidikan dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kemiskinan
Serta Hubungannya dengan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten/Kota di Provinsi
Kalimantan Barat. Prosiding Seminar Akademik Tahunan Ilmu Ekonomi Dan Studi
Pembangunan, 5672.
Wulandari, T. (2018). Determinan
Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010-2016.
Yuliana. (2019). Pengaruh Produk
Domestik Regional Bruto Terhadap Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Kalimantan
Barat. Jurnal Pembangunan Dan Pemerataan, 9(1), 4.
Zamruddin Hasid, P. (2019). Analisis
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap indeks pembangunan manusia Analysis on
factors affecting to human development index in sulawesi barat province. Jurnal
Manajemen, 11(2), 159169. DOI: https://doi.org/10.30872/jmmn.v11i2.5953