PENGARUH MANAJEMEN TALENTA, WORK LIFE BALANCE, DAN STRESS KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN MILLENIAL
DI POINT COFFEE SE- KOTA SEMARANG
Dimas Prasetyo,
Febrianur Ibnu Fitroh Sukono
Universitas Dian
Nuswantoro
Email: 211201905789@mhs.dinus.ac.id Fbr10@dsn.dinus.ac.id
Abstrak
Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh manajemen
talenta terhadap kinerja karyawan, pengaruh work life balance terhadap
kinerja karyawan dan pengaruh stress kerja terhadap karyawan. Penelitian ini
dilakukan terhadap 58 orang karyawan generasi milenial di Point Coffee Kota
Semarang. Pengujian intrument dalam penelitian dilakukan dengan uji validitas
dan uji reliabilitas. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah analisis
regresi linear berganda dengan bantuan SPSS 25. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa manajemen
talenta, work life balance, dan stres kerja berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja karyawan. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan kontribusi dalam
pengembangan ilmu pengetahuan terkait dengan pengaruh manajemen talenta, work
life balance, dan stres kerja terhadap kinerja karyawan. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat membantu dalam proses
belajar mengajar dan melakukan penerapan ilmu pengetahuan khususnya manajemen
sumber daya manusia yang berkaitan dengan manajemen talenta, work life balance, stres
kerja dan kinerja karyawan.
Kata
kunci: Manajemen
Talenta, Work Life Balance, Stress Kerja, Kinerja Karyawan
Abstract
The purpose of this study is to find out how talent
management influences employee performance, the effect of work-life balance on
employee performance, and the effect of work stress on employees. This research
was conducted on 58 millennial-generation employees at Point Coffee in Semarang
City. Testing the instrument in the study was carried out by testing the
validity and reliability tests. The method used in this research is multiple
linear regression analysis with the help of SPSS 25. The results of the study
show that talent management, work-life balance, and work stress have a positive
and significant effect on employee performance. The results of this study are
expected to provide information and contribute to the development of knowledge
related to the influence of talent management, work-life balance, and work
stress on employee performance. The results of this research are also expected
to assist in the teaching and learning process and to apply knowledge,
especially human resource management related to talent management, work-life
balance, work stress, and employee performance.
Keywords: Talent Management, Work Life Balance, Work Stress,
Employee Performance
Pendahuluan
Pada era globalisasi sekarang ini
terjadi suatu persaingan yang sangatlah ketat yang mengharuskan seluruh
perusahaan merancang strategi yang tepat agar dapat unggul dalam persaingan (Novendri,
2020). Pemanfaatan perkembangan teknologi informasi merupakan hal
yang dibutuhkan oleh pelaku usaha (Purwatiningsih & Pamungkas, 2022). Hal ini juga terjadi pada perusahaan
yang bergerak di bidang F&B khususnya kedai kopi yang setiap tahunnya
selalu mengalami kenaikan jumlah kedai di Indonesia. Perusahaan yang ingin mensukseskan
dan bertahan akan posisi kedudukannya di pasar dunia harus merencanakan secara
strategis dan sumberdaya yang optimal (Ahlvik et al., 2016).
Point Coffee di Kota Semarang baru ada
di tahun 2019 dengan kata lain, usia kedai kopi ini masih terbilang muda dan tentu
memiliki banyak pesaing bisnis yang sudah berdiri sejak lama, sehingga agar
dapat bersaing, Point Coffee perlu memiliki kinerja yang baik. Kinerja karyawan
merupakan aspek krusial dalam performa kerja suatu perusahaan. Dasar pertumbuhan
perusahaan yang sangat penting melainkan sumberdaya manusia (SDM). Untuk menentukan SDM yang baik, penting
guna mencocokkan knowledge, skill dan
keterampilan karyawan. (Novendri et al., 2020). Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa, 50%
pekerja Indonesia berusia di bawah 30 tahun, yang berarti generasi milenial
adalah pekerja aktif yang mengawasi SDM di perusahaan. Berdasar pada hasil penelitian
awal yang dilaksanakan di Point Coffee se-Kota Semarang, mayoritas pekerja memiliki
usia antara 20 hingga 28 tahun. Itu sebabnya milenial adalah harapan perusahaan.
Untuk dapat mempertahankan posisi
perusahaan di pasar, perusahaan harus dapat memenangkan tantangan perang
talenta dan untuk memenangkan perang talenta ini, perlu diterapkannya manajemen
talenta dalam sebuah perusahaan (Octavia & Susilo, 2018). Manajemen talenta
adalah proses yang memastikan kemampuan organisasi untuk memenuhi peran kunci
sebagai pemimpin masa depan organisasi dan tugas-tugas yang mendukung
kompetensi inti organisasi (Octavia & Susilo, 2018). Selain itu, manajemen talenta juga merupakan pendekatan
strategis yang komprehensif untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, mengembangkan
dan mengalokasikan sumber daya manusia yang bertalenta untuk mencapai kinerja
terbaik perusahaan (Muhyi, 2016 dalam (Octavia &
Susilo, 2018). Manajemen talenta dapat diterapkan mulai dari proses rekrutmen melalui
penempatan karyawan, evaluasi kinerja, pelatihan dan pengembangan karir hingga
pensiun karyawan (Haziroh, Putra, &
Budiantoro, 2021). Sedangkan, berdasarkan wawancara yang peneliti
lakukan terhadap karyawan di beberapa cabang Point Coffee di Kota
Semarang, perusahaan seperti masih belum menerapkan manajemen talenta karena
karyawan tidak diberikan pelatihan kerja berkelanjutan dan tidak diberikan
kejelasan dalam hal jenjang karir. Hal ini dapat menjadi salah satu penyebab
kurangnya kinerja dari para karyawan di Point Coffee di Kota Semarang.
Agar
dapat menghasilkan kinerja yang baik dari para karyawan, perlu adanya
keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan atau biasa disebut Work
Life Balance karena dengan tidak adanya keseimbangan tersebut, dapat
menyebabkan turunnya kinerja karyawan sehingga berdampak pula pada kinerja
perusahaan (Lukmiati, 2020). Hal ini sesuai dengan survey yang dilakukan oleh Mujib,
Purusa, Prayogi, & Setyahuni (2022) mengungkapkan bahwa terdapat tiga hal
yang diminta karyawan pada perusahaan agar dapat bekerja dengan baik, dan salah
satunya adalah Work Life Balance. Hal ini pun harus disadari oleh
perusahaan karena karyawan bukan hanya memiliki tanggungjawab pekerjaan namun
juga tanggungjawab pribadi di luar pekerjaan seperti keluarga, jadi sebisa
mungkin karaywan dapat menyeimbangkan waktu bekerja dengan waktu pribadi di
luar pekerjaan. Namun, berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan
beberapa karyawan dari beberapa cabang Point Coffee di Kota Semarang,
para karyawan menyatakan bahwa sejak bekerja di perusahaan tersebut, mereka
kurang memiliki waktu luang untuk keluarga. Hal ini dikarenakan para karyawan
sering diharuskan lembur, sehingga waktu luang untuk keluarga pun berkurang.
Selain Work Life Balance, untuk mencapai kinerja karyawan yang baik, organisasi
harus menjaga tingkat kestress-an pekerjaan yang diderita karyawan karena stres
kerja bisa memberikan pengaruh terhadap peningkatan atau penurunan kinerja dan
terpaut dari bagaimana penyikapan seorang karyawan pada permasalahan tersebut (Filliantoni
& Hartono, 2019). Sari, Lengkong,
& Sepang (2017) menemukan bahwa kinerja
pekerja memburuk ketika dia dipengaruhi oleh stres kerja. Semakin besar tingkat
kestres-an karyawan, semakin lemah keadaan tubuh dan mental karyawan tersebut,
sehingga kinerjanya terganggu. Di sisi lain, jika stres kerja berdampak positif
pada kinerja karyawan, tingkat stres kerja tertentu juga penting guna memberikan
suatu dorongan kepada karyawan supaya melakukan pekerjaan secara optimal dan
lebih rajin. Akibatnya tingkat stress kerja inilah yang perlu dijaga oleh perusahaan
terhadap para karyawannya (Sormin et al., 2017). Sedangkan, berdasarkan wawancara
yang peneliti lakukan dengan beberapa karyawan di beberapa cabang Point Coffee di Kota Semarang, para karyawan merasa
mudah merasa lelah saat bekerja. Hal ini memperlihatkan bahwa karyawan
mengalami stress di tempat kerja karena mudah merasa lelah pada saat bekerja.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sri
NugrahaTamala & Ahmad Fadili(2021) menunjukkan bahwa manajemen talenta
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Savitri & Suherman (2018) yang mendapat
hasil bahwa terdapat pengaruh yang positif dari manajemen talenta terhadap
kinerja karyawan. Schiemann (2014) juga menyatakan bahwa manajemen
talenta merupakan strategi yang efektif dalam meningkatkan kinerja karyawan. Selanjutnya,
untuk work life balance, Lukmiati et al.
(2020) dalam penelitiannya menemukan hasil bahwa terdapat
pengaruh positif dan signifikan antara work
life balance terhadap kinerja karyawan milenial. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Kurniasari& Bahjahtullah (2022) bahwa work life balance berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
kinerja karyawan. Pada variabel stres kerja, Mayangsari & Amalia (2018) mendapat hasil
bahwa terdapat pengaruh negatif dan signifikan antara stres kerja terhadap kinerja
karyawan. Filliantoni & Hartono (2019) dalam penelitiannya mendapat hasil bahwa
stress kerja berpengaruh positif dan signifikan. Hasil positif ini didapat
karena stres kerja yang dialami oleh karyawan masih dalam batas yang wajar.Berdasarkan
yang telah dijabarkan sebelumnya, pada peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
yang bertujuan guna mencari tahu masing-masing pengaruh dari
manajemen talenta, work life balance,
dan stress kerja terhadap kinerja karyawan millenial di Point Coffee se-Kota Semarang.
Manajemen talenta yakni tentang memilih
dan mengembangkan orang-orang yang dianggap berbakat dalam organisasi untuk
menciptakan sekumpulan orang yang bakatnya bisa dikembangkan menjadi investasi
dalam organisasi. Kelompok orang yang memiliki bakat ini disebut juga talent pool (Octavia & Susilo,
2018). Talent pool dibentuk untuk secara
jelas memfokuskan pelatihan dan pengembangan staf di dalam perusahaan, mengurangi
pergantian karyawan dan mempertahankan talenta terbaik (Mc.Cartney dan Garrow,
2006 dalam Octavia &
Susilo, 2018). Adanya talent pool ini
sangatlah berguna untuk perusahaan, terpenting untuk melakukan identifikasi terhadap
karyawan yang mempunyai potensi tinggi untuk dapat menjadi CEO perusahaan. Tak
hanya kualitas leadership yang harus
dipunyai seorang pemimpin, tetapi juga banyak keterampilan dan kemampuan lain yang
sangat penting bagi seorang pemimpin (Silzer dan Dowell, 2009 dalam Octavia & Susilo,
2018). Di berbagai perusahaan, konsep talent
pool telah diperluas untuk mencakup beberapa talent pool , seperti kumpulan bakat manajerial, talent pool operasi bisnis, talent pool tenaga kerja yang beragam, dan
talent pool manajerial. Namun, banyak
perusahaan sering menggunakan konsep level
organisasi yang dicapai
karyawan; beberapa menyebutnya acceleration
pools (Byham, et al, 2002 dalam Octavia & Susilo, 2018). Terdapat lima
dimensi untuk mengukur manajemen talenta, yaitu: (1) sumber atau sourching, (2) menyertakan atau aligning, (3) memelihara atau retain, (4) belajar dan berkembang atau learn and develop, dan (5) penghargaan
atau reward (Berger, 2011 dalam Savitri
& Suherman, 2018).
Work life
balance adalah dukungan organisasi dalam hal-hal yang mempengaruhi
kehidupan pribadi karyawan, seperti jam kerja yang fleksibel, mengurus tanggungan
dan liburan untuk alasan keluarga/pribadi (Berk & Gundogmus, 2018). Work life juga disebut sebagai model
kerja yang memungkinkan karyawan untuk menyeimbangkan tanggung jawab
pekerjaannya dengan tanggung jawab karyawan lainnya, seperti merawat anak atau orang
tua (Mendis & Weerakkody, 2017). Sehingga dapat dikatakan work life balance ialah bentuk dari kebijakan
dari perusahaan supaya karyawan bebas mengatur waktu antara di tempat kerja dengan
waktu di luar pekerjaan (Ardiansyah, 2020). Work-life
balance Ini mengacu pada orang yang memiliki cukup waktu untuk
menyeimbangkan pekerjaan dan kehidupan pribadi, seperti menghabiskan waktu bersama
anggota keluarga, memiliki waktu luang untuk bersantai, berkomunikasi dengan
baik dengan rekan kerja dan dapat melakukan pekerjaan dengan baik (Vyas et al.,
2017). Terdapat tiga dimensi untuk mengukur work
life balance, yaitu: (1) time balance,
(2) involvement balance,
dan (3) satisfaction balance (Carter, et all, 2008 dalam Ariawaty et al., 2019).
Stres adalah keadaan psikologis yang
kurang nyaman yang menindas diri dan jiwa melebihi batasan kemampuannya. Apabila
dilakukan tanpa solusi, itu mempengaruhi kesehatan. Stres tidak terjadi begitu
saja, ada beberapa penyebab yang mempengaruhi kejiwaan seseorang, salah satunya
adalah pekerjaan. Stres kerja dapat muncul karena beban kerja yang terlalu
tinggi, lingkungan kerja yang tidak mendukung, atau adanya ketidakamanan
finansial. Stres kerja juga bisa disebabkan oleh problem keluarga, pertikaian
dengan diri sendiri, pertikaian dengan rekan kerja atau masalah keuangan (Putri
& Sary, 2020). Stres kerja dapat timbul di mana saja, baik dari diri sendiri,
organisasi maupun lingkungan, tanpa memandang kapan stres itu terjadi. Aspek
internal berasal dari dalam, seperti halnya pressure
yang diderita oleh individu itu sendiri. Sementara itu, ada faktor
eksternal di luar peristiwa itu sendiri, seperti tuntutan kerja pengawas yang
berlebihan, beban kerja yang berlebihan, lingkungan kerja yang tidak mendukung dan
ketidakamanan ekonomi (Sari, Haziroh, Pramadanti,
& Putra, 2021).
Untuk mengukur stress kerja, terdapat empat dimensi yang digunakan, yaitu (1)
stress yang diakibatkan oleh organisasi, (2) stess yang diakibatkan oleh
tuntutan tugas, (3) stress yang diakibatkan oleh individu, dan (4) stress yang diakibatkan
oleh lingkungan pekerjaan.
Kinerja adalah hasil kerja
yang dilakukan oleh karyawan guna melakukan dan menyelesaikan tugas kerja yang
diberikan serta kontribusi yang diberikannya kepada organisasi. Prestasi juga
dapat digambarkan sebagai tingkat keberhasilan karyawan dalam menyelesaikan
tugas-tugas yang diberikan oleh perusahaan, yang merupakan bukti kemampuan
mereka. Kinerja pegawai dalam suatu organisasi mengarah pada
kemampuan pegawai dalam melaksanakan segala tugas dan tanggung jawabnya
(Febriana & Rosada, 2021). Hasil kerja yang dicapai dapat bersifat
kuantitatif atau kualitatif, tergantung dari tugas perusahaan (Pawirosumarto, Sarjana, & Muchtar, 2017). Tinjauan kinerja memiliki banyak manfaat. Salah
satunya yakni mereka mendukung perusahaan untuk menciptakan keputusan terkait bagaimana mempekerjakan
karyawan berdasarkan pada tugas yang diberikan, kebutuhan pelatihan dan pengembangan,
dan tujuan akhir. Penilaian kinerja bisa memberi organisasi beeita tentang keterampilan
karyawan sehingga program pengembangan bisa dioptimalkan dan gaji disesuaikan.
Selain itu, penilaian performa kerja karyawan juga membantu dalam merencanakan
kebijakan organisasi, seperti perubahan kompensasi dan keputusan rotasi. Mutasi;
Dukungan keuangan; dan mendelegasikan tugas, membantu mendiagnosis kesalahan
pemrograman karyawan, menerima umpan balik yang tepat sasaran terkait kinerja
sebelumnya, dan untuk tujuan riset pribadi. (Robbins & Judge, 2017 dalam
Sani Putri & Poerwita Sary, 2020). Kinerja karyawan diukur melalui empat dimensi,
yaitu (1) kualitas kerja, (2) kuantitas kerja, (3) tingkat
kehandalan bekerja, dan (4) sikap kerja karyawan (Diamantidis
& Chatzoglou, 2019).
Metode
Dalam penelitian ini digunakan metode
kuantitatif, dimana informasi yang didapat kemudian dinyatakan dengan angka atau
skor. Dalam penelitian ini digunakan skala Likert untuk mengukur persepsi atau
pendapat seseorang tentang suatu fenomena. Metode pengumpulan data penelitian ini
adalah metode pengumpulan data primer. Data ini didapat menggunakan sistem
menyebar kuesioner terhadap karyawan Point Coffee se- Kota
Semarang. Variabel dalam penelitian ini nantinya akan diukur menggunakan dimensi
sebagai berikut; untuk mengukur manajemen talenta, dimensi yang digunakan
adalah (1) sumber atau sourching, (2)
menyertakan atau aligning, (3)
memelihara atau retain, (4) belajar
dan berkembang atau learn and develop,
dan (5) penghargaan atau reward (Berger,
2011 dalam Savitri & Suherman, 2018). Selanjutnya, untuk mengukur work life balance, dimensi yang digunakan
adalah (1) time balance, (2) involvement balance, dan (3) satisfaction balance (Carter, et all,
2008 dalam Ariawaty et al., 2019). Untuk mengukur stres kerja, dimensi yang dipergunakan
antara lain; (1) stress yang diakibatkan oleh organisasi, (2) stess yang diakibatkan
oleh tuntutan penugasan, (3) stress yang diakibatkan oleh personal, dan (4)
stress yang diakibatkan oleh lingkungan pekerjaan (Enhassi, et all, 2015 dalam
Sani Putri & Poerwita Sary, 2020). Dan untuk mengukur kinerja karyawan,
dimensi yang digunakan adalah; (1) kualitas kerja, (2) kuantitas kerja, (3)
tingkat kehandalan bekerja, dan (4) sikap kerja karyawan (Husnan, 2002, dalam Krisnawati
et al., 2021).
Penelitian ini merupakan penelitian
populasi karena seluruh karyawan yang ada di Point Coffee di Kota Semarang
merupakan karyawan generasi milenial yang berjumlah 58 orang. Teknik analisis data
yang dipakai pada penelitian ini yakni analisis regresi linier berganda yang
diukur dengan menggunakan software SPSS 25. Analisis deskriptif dipakai guna
melakukan deskripsi atau mengkarakterisasi suatu variabel sementara analisis
konfirmatori menentukan sejauh mana hubungan antar variabel. menggunakan
beberapa teknik analisis regresi linier. Selain itu, dilakukan pengujian terhadap
instrument penelitian yang terdiri dari uji validitas dan uji reliabilitas. Uji
ini dilakukan guna mencari tahu validitas masing-masing alat penelitian. Terakhir,
pengujian hipotesis dengan menggunakan uji T dan uji F dilakukan guna
melakukan pengujian apakah hipotesis penelitian diterima atau tidak. (Ghozali,
2017).
Hasil dan Pembahasan
Penelitian Uji Validitas
Berdasarkan hasil uji
instrumental yang dilakukan, uji validitas variabel Manajemen Talenta (X1)
dinyatakan valid dengan minimal 8 unsur kalimat, karena nilai seluruh unsur r
hitung > 0,3. Untuk hasil uji validitas variabel work life balance (X2), 6 item
pernyataan dinyatakan valid karena nilai semua item r-hitung > 0,3. Uji validitas
untuk variabel stress kerja (X3) Sampai dengan 8 pernyataan dinyatakan valid karena
semua elemen memiliki nilai r hitung > 0,3. Hasil uji validitas variabel
kinerja karyawan (Y) dinyatakan valid karena semua item memiliki nilai r-hitung
> 0,3.
a. Uji Reliabilitas
Berdasarkan hasil pengujian
instrument yang telah dilakukan yaitu uji reliabilitas, diketahui bahwa nilai Cronbach’s Alpha untuk setiap variael
lebih besar dari 0,6 sehingga seluruh variabel penelitian dinyatakan reliabel dengan
rincian, Manajemen Talenta (X1) memiliki nilai 0,8053, Work Life Balance (X2) memiliki nilai 0,7747. Stres Kerja (X3) memiliki
nilai 0,7679. Sedangkan Kinerja Karyawan
(Y) memiliki nilai 0,6954.
b. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif
dalam penelitian ini mendeskripsikan karakteristik responden dari berbagai
aspek, antara lain usia, lama bekerja, pendapatan, dan lokasi outlet tempat
bekerja.
Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
No |
Usia |
Frekuensi |
Persentase (%) |
1 |
17 - 21 Tahun |
0 |
0% |
2 |
22 - 26 Tahun |
36 |
62% |
3 |
27 - 31 Tahun |
12 |
21% |
4 |
32 - 39 Tahun |
10 |
17% |
|
Total |
58 |
100% |
Sumber: Data primer diolah peneliti, 2023
Berdasarkan tabel
1 di atas dapat dilihat bahwa karyawan di Point Cofee se-Kota
Semarang memiliki rentang usia 22 – 39 Tahun. Hal ini menunjukkan
bahwa responden yang mengisi kuesioner sudah sesuai dengan topik penelitian karena
merupakan karyawan generasi milenial. Mayoritas responden memiliki rentang usia
22 -26 tahun dengan jumlah 62%. Hal ini dapat dikarenakan Point Coffee di Kota Semarang
memang mengutamakan karyawan muda untuk dipekerjakan agar lebih produktif.
Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Masa
Kerja
No |
Lama Masa Kerja |
Frekuensi |
Persentase (%) |
1 |
< 1 Tahun |
8 |
14% |
2 |
1 - 3 Tahun |
27 |
47% |
3 |
4 - 6 Tahun |
16 |
28% |
4 |
7 - 9 Tahun |
2 |
3% |
5 |
> 9 Tahun |
5 |
9% |
|
Total |
58 |
100% |
Sumber: Data primer diolah peneliti, 2023
Berdasarkan tabel
2 di atas dapat dilihat bahwa karywan di Point Coffee Kota Semarang mayoritas
sudah bekerja selama 1 – 3 tahun dengan jumlah 47%. Hal ini menunjukkan bahwa
karyawan di Point Coffee Kota Semarang dapat dikatakan sudah profesional dalam
melakukan pekerjaannya karena telah bekerja lebih dari 1 tahun.
Tabel 3. Karakteristik Responden Pendatapan
No |
Pendapatan |
Frekuensi |
Persentase (%) |
1 |
< 2.000.000 |
0 |
0% |
2 |
2.000.000 - 4.000.000 |
40 |
69% |
3 |
> 4.000.000 |
18 |
31% |
|
Total |
58 |
100% |
Sumber: Data
primer diolah peneliti, 2023
Berdasarkan tabel
3 di atas, dapat dilihat bahwa mayoritas karyawan di Point Coffee Kota Semarang
memiliki pendapatan 2.000.000 – 4.000.000 yaitu sebanyak 69%. Dan berdasarkan hasil
observasi yang peneliti lakukan, Point Coffee Kota Semarang telah memberikan
upah kerja bulanan sesuai dengan aturan pemerintah yaitu UMR Kota Semarang.
Tabel 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Lokasi Outlet
No |
Lokasi Outlet |
Frekuensi |
Persentase (%) |
1 |
Semarang Tengah |
10 |
17% |
2 |
Semarang Timur |
8 |
14% |
3 |
Semarang Barat |
24 |
41% |
4 |
Semarang Utara |
4 |
7% |
5 |
Semarang Selatan |
12 |
21% |
|
Total |
58 |
100% |
Sumber:
Data primer diolah peneliti, 2023
Berdasarkan tabel
4 di atas, dapat dilihat bahwa Point Coffee Kota Semarang memiliki outlet di
berbagai wilayah, dan lebih banyak responden yang bekerja di Semarang Barat
dengan jumlah 41% karena di wilayah tersebutlah paling banyak terdapat outlet Point
Coffee dengan jumlah 8 outlet dan masing-masing outlet memiliki 3 karyawan.
c. Analisis Koefisien Determinasi
Hasil uji
koefisien determinasi yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 5. Koefisien Determinasi
Model
Summary
Model R R
Square Adjusted R
Square Std.
Error of the Estimate
1 0.854 0.73 0.715 1.82035
a. Predictors: (Constant), Stress Kerja, Manajemen Talenta,
Work Life Balance
Sumber: Data primer diolah peneliti, 2023
Berdasarkan tabel
5 di atas, dapat dilihat bahwa koefisien determinasi (R2) sebesar
0,730 atau sama dengan 73%. Hal ini memperlihatkan bahwa Manajemen Talenta
(X1), Work Life Balance (X2), dan
Stres Kerja (X3) mampu menjelaskan variasi dari variabel Kinerja Karyawan (Y)
sebesar 73%, dan sisanya yaitu 27% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti
dalam penelitian ini.
Analisis Regresi Linear Berganda
Hasil dari beberapa
uji analisis regresi linier yang diperoleh dalam penelitian ini adalah berikut:
Tabel 6. Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Model |
Unstandardized B |
Coefficients Std. Error |
Standardized Coefficients Beta |
t |
Sig. |
1 (Constant) |
10.298 |
2.099 |
|
4.907 |
0.000 |
Manajemen Talenta |
0.176 |
0.083 |
0.192 |
2.914 |
0.003 |
Work Life Balance |
0.172 |
0.121 |
0.280 |
2.601 |
0.002 |
Stress Kerja |
0.375 |
0.111 |
0.319 |
5.172 |
0.000 |
a. Dependent Variable: Kinerja Karyawan
Sumber:
Data primer diolah peneliti, 2023
Berdasarkan tabel 6 di atas, diperoleh persamaan regresi
linear berganda sebagai berikut:
Y = a (constant) + B1 X1 + B2X2 + B3X3 Sehingga, persamaannya
adalah:
Y = 10.298 + 0.176 X1 + 0.172 X2 + 0.375 X3
Hasil Pengujian Hipotesis Uji t
(Parsial)
Hasil pengujian hipotesis yang diperolah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
Tabel 7. Uji Parsial (Uji t)
Coefficientsa
Model |
Unstandardized B |
Coefficients Std. Error |
Standardized Coefficients Beta |
t |
Sig. |
1 (Constant) |
10.298 |
2.099 |
|
4.907 |
0.000 |
Manajemen Talenta |
0.176 |
0.083 |
0.192 |
2.914 |
0.003 |
Work Life Balance |
0.172 |
0.121 |
0.280 |
2.601 |
0.002 |
Stress Kerja |
0.375 |
0.111 |
0.319 |
5.172 |
0.000 |
a. Dependent Variable: Kinerja Karyawan
Sumber:
Data primer diolah peneliti, 2023
Berdasarkan tabel 6 di atas,
variabel Manajemen Talenta (X1) menunjukkan bahwa t hitung yang diperoleh
sebesar 2,914. Sedangkan rumus t tabel (a/2;n-k-1) yaitu (0,05;54) memperoleh t
tabel 2,00488 sehingga t hitung > t tabel. Selanjutnya nilai sig. yangd
diperoleh adalah 0,03 lebih kecil dari 0,05 (alpha 5%). Sehingga variabel Manajemen
Talenta (X1) secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
karyawan dengan besar pengaruh 19,2%.
Selanjutnya untuk
variabel Work Life Balance (X2)
menunjukkan bahwa t hitung yang diperoleh sebesar 2,601. Sedangkan rumus t tabel
(a/2;n-k-1) yaitu (0,05;54) memperoleh t tabel 2,00488 sehingga t hitung > t
tabel. Selanjutnya nilai sig. yangd diperoleh adalah 0,002 lebih kecil dari
0,05 (alpha 5%). Sehingga variabel Work
Life Balance (X2) secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap kinerja karyawan dengan besar pengaruh 28%.
Variabel Stres Kerja (X3)
menunjukkan bahwa t hitung yang diperoleh sebesar 5,172. Sedangkan rumus t
tabel (a/2;n-k-1) yaitu (0,05;54) memperoleh t tabel 2,00488 sehingga t hitung
> t tabel. Selanjutnya nilai sig. yang ddiperoleh adalah 0,000 lebih kecil
dari 0,05 (alpha 5%). Sehingga variabel Stres Kerja (X3) secara parsial
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan denagn besar pengaruh
31,9%.
Uji F (Simultan)
Hasil pengujian
hipotesis simultan yang diperolah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 8. Uji Simultan (Uji F)
ANOVA
Model |
Sum of Squares |
df |
Mean Square |
F |
Sig |
1 Regression |
483.975 |
3 |
161.325 |
48.684 |
0.000 |
Residual |
178.939 |
54 |
3.314 |
|
|
Total |
662.914 |
57 |
|
|
|
a. Dependent Variable: Kinerja
Karyawan
b. Predictors: (Constant), Stress
Kerja, Manajemen Talenta,
Work Life Balance
Sumber: Data primer diolah peneliti, 2023
Berdasarkan
tabel 7 di atas, F hitung memiliki nilai 48.684. Sedangkan rumus F tabel (a/2;n-k-1)
yaitu (0,05;54) memperoleh F tabel 2,77576 sehingga t hitung > F tabel. Selanjutnya nilai sig. yang diperoleh
adalah 0,000 lebih kecil dari 0,05 (alpha 5%).
Sehingga variabel Manajemen Talenta (X1), Work
Life Baalnce (X2) dan Stress Kerja (X3) secara simultan
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kinerja karyawan dengan
besar pengaruh 73%.
Pembahasan
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa manajemen talenta
(X1) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Hasil ini
ditunjukkan dengan pengujian hipotesis yang menunjukkan bahwa t hitung > t
tabel yaitu 2,914 > 2,0048 dengan nilai
sig. < 0,05 yaitu 0,003 < 0,05. Hal ini terjadi dikarenakan saat baru menjadi karyawan, perusahaan
memberikan pendidikan dan pelatihan kepada karyawan. Selain itu, perusahaan juga
memberikan pelatihan berkelanjutan agar karyawan dapat mengembangkan keahliannya,
sehingga kinerja yang dihasilkan pun menjadi baik. Pengaruh antara manajemen
talenta (X1) terhadap kinerja karyawan pun sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Sri NugrahaTamala & Ahmad Fadili (2021) bahwa manajemen talenta mempunyai
pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Penelitian yang
dilakukan oleh Savitri & Suherman (20180 pun mendapat hasil yang sama bahwa
terdapat pengaruh antara manajemen talenta terhadap kinerja karyawan.
Selanjutnya untuk variabel work life balance, hasil penelitian membuktikan bahwa work life balance (X2) mempunyai
pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Hasil ini
ditunjukkan dengan pengujian hipotesis yang menunjukkan bahwa t hitung > t
tabel yaitu 2,601 > 2,0048 dengan
nilai sig. < 0,05 yaitu 0,002 < 0,05. Hal ini dapat dikarenakan jam kerja yang dijalani karyawan sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan oleh perusahaan yaitu 8 jam. Selain itu, karyawan pun
memiliki aktivitas lain yang positif di luar pekerjaannya, sehingga dapat dikatakan
karyawan memiliki keseimbangan dalam menjalani hidupnya. Pengaruh antara work life balance (X2) terhadap kinerja karyawan
pun sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulyawati (202) bahwa dengan
karyawan milenial memiliki keseimbangan dalam kehidupan pribadi dan
pekerjaannya, maka kinerja yang dihasilkan pun akan menjadi baik. Hal ini pun
sejalan denagn penelitian Lukmiati, et al (2020) yang menemukan bahwa work life balance memiliki pengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja karyawan.
Hasil dari pengolahan data
untuk variabel stres kerja (X3) membuktikan bahwa stres kerja (X3) memiliki pengaruh
yang positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Hasil ini ditunjukkan dengan pengujian hipotesis
yang menunjukkan bahwa t hitung > t tabel yaitu 5,172 > 2,0048 dengan nilai sig. < 0,05 yaitu 0,000 < 0,05. Hal ini dapat dikarenakan perusahaan memperlakukan karyawannya
secara adil sehingga karyawan dapat terhindar dari stres kerja. Selain itu, perusahaan
pun memberikan waktu yang sesuai dengan bobot pekerjaan untuk karyawan
menyelesaikan pekerjaannya, sehingga karyawan dapat terhindar dari stres kerja.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Filliantoni & Hartono
(2019) yang menyatakan bahwa stres kerja berpengaruh positif terhadap kinerja.
Hal ini juga sesuai dengan penelitian Wila et al. (2021), menurutnya stres kerja
berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dijabarkan
di atas, maka dapat disimpulkan bahwa: pertama, manajemen talenta mempunyai
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan di Point Coffee se-Kota Semarang,
dengan kata lain perusahaan mampu menerapkan manajemen talenta dengan baik
sehingga dengan adanya manajemen talenta, dapat meningkatkan kinerja karyawan;
kedua, work life balance memiliki
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan di Point Coffee Kota
Semarang, dengan kata lain perusahaan mampu menciptakan keseimbangan antara
kehidupan pribadi dan pekerjaan karyawan, sehingga hal ini dapat menciptakan
kinerja kerja yang baik; ketiga, stress kerja memiliki pengaruh yang positif
dan signifikan terhadap kinerja karyawan di Point Cofee Kota Semarang, pengaruh
positif ini timbul dikarenakan perusahaan memperlakukan seluruh karyawan dengan
adil sehingga karyawan merasa diterima dan dapat terhindar dari stres kerja dan
dapat menciptakan kinerja kerja yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ahlvik, C., Smale, A., & Sumelius, J. (2016). Aligning
Corporate Transfer Intentions And Subsidiary
Hrm Practice Implementation In Multinational Corporations. Journal of World Business, 51(3), 343–355.
https://doi.org/10.1016/j.jwb.2015.04.003
Ansar, N., & Baloch, A. (2018). Talent and talent management:
definition and issues. IBT Journal of Business Studies (JBS), 1(2),
174-186. https://doi.org/10.46745/ilma.jbs.2018.14.02.14
Berk, C., &
Gundogmus, F. (2018). The Effect Of Work-Life Balance On Organizational
Commitment Of Accountants. Management, 13(2), 137-159. https://doi.org/10.26493/1854-4231.13.137-159.
Burman, R., & Goswami, T. G. (2018).
A systematic literature review of work stress. International Journal of
Management Studies, 3(9), 112-132. https://doi.org/10.18843/ijms/v5i3(9)/15
Collings, D. G., Scullion, H., &
Vaiman, V. (2015). Talent management: Progress and prospects. Human
Resource Management Review, 25(3), 233-235. ISSN: 1053-4822
Dhas, B., & Karthikeyan. (2015). A
Report on The Importance of Work-Life Balance. International Journal of
Applied Engineering Research, 2(12). 10-19. ISSN 2394-6296
Diamantidis, A. D., & Chatzoglou, P.
(2019). Factors affecting employee performance: an empirical approach. International
Journal of Productivity and Performance Management, 68(1), 171-193.
https://doi.org/10.1108/IJPPM-01-2018-0012
Febriana, Artha., & Rosada, Anisah
A. (2021). Pengembangan Karir, Motivasi dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja
Karyawan di BKPP Semarang. Jurnal Ilmiah Manajemen, Bisnis Dan
Kewirausahaan, 1(1), 25-34. https://doi.org/ 10.55606/jurimbik.v1i1.98
Filliantoni, B., Hartono, S., & Sudarwati. (2019). Pengaruh Disiplin Kerja dan Stres Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan
Melalui Mediasi Kepuasan
Kerja Pada Karyawan
Indomobil Nissan-Datsun Solobaru. Jurnal Ilmiah Edunomika 3(1).
https://doi.org/10.29040/jie.v3i01.460
Gallardo-Gallardo, E., Thunnissen, M.,
& Scullion, H. (2017). A contextualized approach to Talent Management:
Advancing the field. The International Journal of Human Resource Management,
12(7), 1-4. https://doi.org/10.1080/09585192.2016.1275292
Ghozali, Imam (2017). Aplikasi Analisis
Multivariate dengan Program
SPSS. Semarang: Badan
Penerbit UNDIP.
Haziroh, A. L., Putra, F. I. F. S.,
& Budiantoro, R. A. (2021). The effect of leadership style and IT support
on lecturer performance during e-learning program with work environment as
mediating variable. Asian Management and Business Review, 1(2),
116–127. https://doi.org/10.20885/AMBR.vol1.iss2.art4
Kelliher, C., Richardson, J., &
Boiarintseva, G. (2019). All of work? All of life? Reconceptualising
work‐life balance for the 21st century. Human resource management
journal, 29(2), 97-112. https://doi.org/10.1111/1748-8583.12215
Kivimäki, M., & Kawachi, I. (2015).
Work stress as a risk factor for cardiovascular disease. Current
cardiology reports, 17, 1-9. https://doi.org/10.1007/s11886-015-0630-8
Krisnawati, K. D., & Bagia, I. W.
(2021). Pengaruh Kompetensi Kerja Terhadap Kinerja
Karyawan. Bisma: Jurnal Manajemen, 7(1). https://doi.org/10.23887/bjm.v7i1.28736
Larasati, D. P., & Hasanati, N. (2019). The Effects
Of Work-Life Balance
Towards Employee Engagement In Millennial Generation. Advances in Social Science, Education and
Humanities Research (ASSEHR), 304. 390-394. https://doi.org/10.2991/acpch-18.2019.93
Lukmiati, R. (2020). Pengaruh Work Life
Balance terhadap Kinerja Karyawan. Jurnal Ekobis Dewantara, 3(3),
46-50. https://doi.org/10.26460/ed_en.v3i3.1688
Malika, Divya & Irfani,
Aminuddin (2022). Pengaruh
Manajemen Talenta Terhadap
Kinerja Karyawan Pada PT. X. Jurnal Riset Manajemen
dan Bisnis, 2(1),
43–46. https://doi.org/10.29313/jrmb.v2i1.933
Manggaharti, R., & Noviati, N. P.
(2019). Keseimbangan kehidupan kerja ditinjau dari dukungan sosial pada
pekerja. Jurnal Studia Insania, 7(1), 1-19. https://doi.org/10.18592/jsi.v7i1.1997
Mayangsari, M. D., & Amalia, D.
(2018). Keseimbangan kerja-kehidupan pada wanita karir. Jurnal Ecopsy, 5(1),
43-50. https://doi.org/10.20527/ecopsy.v5i1.4884
Mujib, M., Purusa, N. A., Prayogi, J.,
& Setyahuni, S. W. (2022). Pengujian Prediktor Job Insecurity: Kelompok
Karyawan Manakah Yang Lebih Rentan Mengalaminya Selama Pandemi Covid-19?. Jurnal
Ekonomi, Akuntansi dan Manajemen, 2(2), 296-311.
Muliawati, T., & Frianto, A. (2020).
Peran Work-Life Balance dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Milenial:
Studi Literatur. Jurnal Ilmu Manajemen 8(2).
Nisa, R. C., Astuti, E. S., & Prasetya, A. (2016).
Pengaruh Manajemen Talenta Dan Manajemen Pengetahuan Terhadap Kinerja Karyawan
(Studi pada Karyawan PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur, Surabaya). Jurnal
Administrasi Bisnis, 39(2). 141-148.
Novendri, A., Lukito, H. (2020). Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap
Kinerja Karyawan Milenial PT Semen Padang
Dengan Variabel Demografis Sebagai Moderator. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen, 5(1), 167–186.
https://doi.org/10.24815/jimen.v5i1.14300
Octavia, H. V., & Susilo, H. (2018). Pengaruh
manajemen talenta terhadap kinerja karyawan. Jurnal Administrasi
Bisnis, 60(2). 186-191.
Pawirosumarto, S., Sarjana, P. K., &
Muchtar, M. (2017). Factors affecting employee performance of PT. Kiyokuni
Indonesia. International Journal of Law and Management, 59(4),
602-614. https://doi.org/10.1108/IJLMA-03-2016-0031
Purwatiningsih, Aris P & Pamungkas,
Imang Dapit. (2022). Peningkatan Penjualan Melalui Optimalisasi Pemanfaatam
Digital Marketing dan Penambahan Modal pada Laksmina Catering Desa Candisari. Indonesian
Journal of Community Service and Innovation (IJCOSIN), 2(2) 135-142. https://doi.org/10.20895/ijcosin.v2i2.604
Putri, V. S., & Sary, F. P. (2020).
Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Pada PT Lestari Busana
Anggun Mahkota Di Bagian Produksi). Jurnal Mitra Manajemen, 4(2),
195-205. https://doi.org/10.52160/ejmm.v4i2.339
Rachmadinata, N.S., Gita Ayuningtias, H., (2017). Pengaruh Manajemen Talenta Terhadap Kinerja Karyawan
Lintasarta Kota Jakarta.
Jurnal Manajemen Indonesia, 17(3).
https://doi.org/10.25124/jmi.v17i3.1156
Rifadha, Mohamed Uwais, F. (2015).
The Impact Of Work Life Balance On Job Satisfaction Of Managerial Level Employees
Of People’s Bank, (Head Office), Sri Lanka. Journal
Of Management, 12(1). https://doi.org/10.4038/jm.v12i1.7583
Riyanto, F., Astuti, S. D., Mahmud, M.,
& Panjaitan, R. (2023). Hard Skill Sebagai Faktor Dominan Kesiapan Kerja Di
Era Industri 4.0. Jurnal Nusantara Aplikasi Manajemen Bisnis, 8(1),
46-65. https://doi.org/10.29407/nusamba.v8i1.18676
Sari, I. L., Lengkong, V. P., &
Sepang, J. L. (2017). Pengaruh Stres Kerja dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja
Karyawan pada PT. Wenangcemerlang Press. Jurnal EMBA: Jurnal Riset
Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 5(3). 4445-4454. https://doi.org/10.33830/tjeb.v2i1.1506
Sari, R. A., Haziroh, A. L., Pramadanti,
A. D., & Putra, F. I. (2021). The Moderating Role Of Self Efficacy Toward
Multiple Role Conflict And Job Performance. Terbuka Journal of
Economics and Business, 2(1), 70-80. https://doi.org/
Savitri, C., & Suherman, E. (2018). Pengaruh
Manajemen Talenta Terhadap
Kinerja Pegawai UBP Karawang. Buana Ilmu,
2(2). https://doi.org/10.36805/Bi.V2i2.480
Schiemann, W. A. (2014). From Talent
Management to Talent Optimization. Journal of World Business, 49(2),
281-288. https://doi.org/10.1016/j.jwb.2013.11.012
Sirgy, M. J., & Lee, D.
J. (2018). Work-life balance: An integrative review. Applied Research
in Quality of Life, 13, 229-254. https://doi.org/10.1007/s11482-017-9509-8
Tamala, Silvi Sri N.., & Ahmad
Fadili, D. (2021). Pengaruh Manajemen Talenta Dan Manajemen Pengetahuan Terhadap
Kinerja Karyawan. Forum Ekonomi, 23(1), 39–45.
Vyas, A., & Shrivastava,
D. (2017). Factors Affecting Work Life Balance - A Review. Pacific Business
Review International, 9(7),
194-200.
Wila, A. R., Husniati, R., Alnisa, D., & Fadlillah, M.
(2021). Pengaruh Shift Kerja Dan Stres
Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Divisi Linehaul & Shuttle Warehouse Lazada Cimanggis. In Inkubis: Jurnal Ekonomi
Dan Bisnis 3(2). https://doi.org/10.59261/inkubis.v3i2.30