PENGARUH KENAIKAN TARIF PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) DAN BIAYA BAHAN
BAKU TERHADAP OMSET PENJUALAN PADA PT BUANA RAYA LESTARI
Fanny Permata
Gunawan1*, Venita Sofiani2
Universitas Muhammadiyah Sukabumi
Email: fannypermatag02@ummi.ac.id1*, venitasofiani@ummi.ac.id2
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui Pengaruh Perubahan Tarif Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) Dan Biaya Bahan Baku Terhadap
Omset Penjualan Pada
Perusahaan Percetakan di Sukabumi.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Biaya
Bahan Baku, dan Omset Penjualan.
Dilatarbelakangi dengan amanat Undang Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP) pemerintah menetapkan untuk menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang semula
10% menjadi 11%. Pemberlakuan
tarif terbaru ini mulai di berlakukan
pada 1 April 2022 yang mengalami beberapa
dampak dari kenaikan tersebut khususnya para pelaku usaha. Pada penelitian ini metode penelitian
yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif non parametrik dengan menggunakan system
computer SPSS. Adapun teknik analisis
data yang digunakan adalah diantaranya Uji Asumsi Klasik (Uji Normalitas, Uji Multikolinearitas, Uji Heteroskedastisitas),
Uji Regresi Linier Berganda,
Uji Koefisien Determinasi, dan
Uji Hipotesis. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa adanya kenaikan
tarif Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) dan biaya bahan
baku pada PT Buana Raya Lestari berpengaruh
signifikan terhadap omset penjualan.
Kata
kunci: Pajak Pertambahan
Nilai (PPN), Biaya Bahan Baku, Omset
Penjualan
Abstract
This study aims to determine the effect of changes
in value added tax (VAT) rates and raw material costs on sales turnover at
printing companies in Sukabumi. The variables used in
this study are Value Added Tax (VAT), Raw Material Cost, and Sales Turnover.
Motivated by the mandate of Law Number 7 of 2021 concerning Harmonization of
Tax Regulations (UU HPP), the government has set to increase the Value Added
Tax (VAT) rate from 10% to 11%. The implementation of this latest tariff began
on April 1, 2022, which experienced several impacts from the increase,
especially business actors. In this study, the research method used was a
non-parametric quantitative research method using the SPSS computer system. The
data analysis techniques used include the Classical Assumption Test (Normality
Test, Multicollinearity Test, Heteroscedasticity Test), Multiple Linear
Regression Test, Determination Coefficient Test, and Hypothesis Test. The
results showed that the increase in Value Added Tax (VAT) rates and raw
material costs at PT Buana Raya Lestari had a significant effect on sales
turnover.
Keywords: Value Added Tax (VAT), Raw Material Cost, Sales
Turnover
Pendahuluan
Negara membutuhkan pemasukan pendapatan untuk menunjang berjalannya perekonomian di negara, pendapatan
suatu negara dapat diperoleh dari hasil penjualan Sumber Daya Alam (SDA), laba dari badan usaha yang dikelola oleh negara serta dari pendapatan pajak (Purnomo,
2016). Dari sumber
pemasukan negara pendapatan
dari sektor pajak merupakan penyumbang terbesar hingga saat ini.
Seperti yang terjadi di
negara Indonesia, dikarenakan menjadi
sumber pendapatan tertinggi sebesar 65,37% maka pemerintah selalu memaksimalkan dan mengandalkan pajak untuk mendorong pembangunan demi kesejahteraan
rakyat Indonesia.
Tidak dapat
dipungkiri bahwa pajak sangat berperan penting demi keberlangsungan
negara (Lestari
& Putri, 2017). Dimana dengan
adanya pajak, Pemerintah dapat melaksanakan pembangunan serta fasilitas fasilitas yang dapat digunakan dalam kehidupaan sehari hari, diantaranya pembuatan fasilitas jalan, jembatan, fasilitas fasilitas lain berupa pembangunan sarana dan prasarana untuk kesehatan dan pendidikan masyarakat.
Maka dengan
itu pemerintah selalu melakukan perombakan perombakan dalam membuat suatu
kebijakan khusus nya dalam sektor
pajak. Hal ini disebabkan adanya pengaruh ekonomi, kebutuhan pokok, pengaruh politik, kebutuhan pembangunan yang mengharuskan masyarakat khususnya para pelaku ekonomi bekerja sama membangun negara dengan berbagi kebutuhannya melalui sektor pajak (Eddyono,
2021).
Salah satu
jenis pajak yang dikelola oleh pemerintah pusat di bawah naungan Kementrian Keuangan yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pajak adalah Pajak Pertambahan
Nilai. Dimana Pajak Pertambahan Nilai ini merupakan pajak
yang dikenakan atas pembelian barang dan/atau penggunaan jasa. Pajak Pertambahan
Nilai ini bersifat objektif, yang dipungut berdasarkan objek yang digunakan, diperoleh ataupun dibeli.
Saat memasuki
awal tahun 2020 Indonesia sedang digemparkan dengan mewabahnya salah satu virus menular yang mematikan sehingga pemerintah menetapkan sebagai (Pandemi Global). Dikarenakan diberlakukannya kenaikan Pajak Pertambahan Nilai ini dilakukan di tengah pemulihan ekonomi dan melonjaknya harga sejumlah kebutuhan pokok akibat dampak dari
adanya pandemic global yang menyerang
Indonesia (Anggraini
& Putri, 2020).
Dari kenaikan
tarif Pajak Pertambahan
Nilai tersebut banyak masyarakat terutama pelaku usaha yang mengalami dampak dari hal tersebut. Perusahaan
dan pelaku usaha menjadi salah satu yang mengalami dampak kenaikan tersebut. Hal ini dikarenakan banyak harga bahan
pokok yang menjadi naik sehingga menyebabkan adanya kenaikan harga jual yang tentu saja nanti
nya akan mempengaruhi omset penjualan dari perusahaan itu sendiri.
Biaya yang biasa
ditentukan dan diperhitungkan
oleh semua perusahaan adalah biaya bahan
baku, Bahan baku adalah bahan yang digunakan untuk membuat suatu produk
menjadi barang jadi yang dapat dijual dengan layak.
Di dalam memperoleh bahan baku, perusahaan
tidak hanya memperhitungkan berapa harga beli bahan
baku tersebut tetapi juga memperhitungkan biaya- biaya pembelian,
pergudangan serta biaya lain lainnya. Menurut (Sarwanti,
Hasiholan, & Wulan, 2017) biaya bahan baku adalah
segala biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku
utama yang dipakai untuk kegiatan memproduksi suatu barang atau produk.
Permasalahan yang timbul
pada PT Buana Raya Lestari adalah omset
penjualan yang diterima setiap bulannya tidak stabil dan mengalami naik turun serta tidak konsisten.
Perubahan yang terjadi setiap bulannya tersebut disebabkan oleh harga dari bahan
baku yang biasa dibutuhkan untuk dus packaging yaitu kertas mengalami perubahan pada setiap bulannya terlebih setelah diberlakukannya kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi
11%. Hal ini dikarenakan bahan yang harus digunakan setiap pesanan atau produk berbeda
dengan produk lainnya khususnya bila produk tersebut
melakukan custom. Sehingga dengan itu perusahaan
tentu saja tidak bisa menggunakan
bahan yang sebelumnya dipakai.
Dalam penentuan
harga jual dari suatu produk
tentu saja perusahaan tidak semerta merta menentukan
harga jual tanpa melihat dari
bahan baku yang biasanya dihitung sendiri oleh perusahaan tersebut. Karena pendapatan merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan
yang dapat menentukan bagaimana nasib dari perusahaan itu sendiri, maka
dengan itu perusahaan akan berusaha untuk selalu memperoleh pendapatan yang sangat besar dengan memakan banyak biaya dan bahan baku tetapi
tanpa mengubah kualitas produk itu sendiri.
Oleh karena
itu, untuk mendukung penelitian ini, akan dikemukakan
beberapa hasil penelitian terdahulu terkait dengan variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Purwanto,
2021) dengan judul Pengaruh Volume Penjualan, Biaya Produksi dan Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) terhadap Pendapatan.
Dari hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa secara parsial
pajak pertambahan nilai berpengaruh terhadap laba bersih
perusahaan. Sedangkan secara parsial volume penjualan dan biaya produksi tidak berpengaruh terhadap pendapatan perusahaan, kemudian secara simultan volume penjualan, biaya produksi dan pajak pertambahan nilai signifikan terhadap pendapatan laba. Adapun penelitian selain yang sudah penulis sampaikan perihal hal diatas
yang sebelumnya telah dilakukan oleh beberapa orang sebagai berikut :
Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh (Septianti, 2019), ditemukan
bahwa terdapat pengaruh variabel tarif Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) secara parsial terhadap variabel Pendapatan. Penelitian lain yang dilakukan oleh (Putri & Subandoro, 2022) dengan
judul "Analisis Pengaruh Kenaikan Tarif PPN 11% Terhadap Penjualan Pada PT
X" juga menunjukkan hasil
yang serupa, yaitu perubahan Tarif PPN menjadi 11% berpengaruh signifikan terhadap penjualan. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh (Farina, Candra, & Irawan, 2021) menemukan
bahwa Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) berpengaruh terhadap
daya beli konsumen berdasarkan data validitas yang diperoleh.
Penulis melakukan pengamatan pada PT Buana Raya Lestari dikarenakan
perusahaan ini pasti menerapkan dan mengalami dampak dari diberlakukannya kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi
11% dan Biaya Bahan Baku yang digunakan.
Penelitian ini memiliki tujuan yang mencakup tiga hal.
Pertama, tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh perubahan tarif Pajak Pertambahan Nilai
(PPN). Kedua, tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh biaya bahan baku terhadap
omset penjualan pada PT
Buana Raya Lestari. Terakhir, tujuan
penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh perubahan tarif PPN dan biaya bahan baku secara
bersama-sama terhadap omset penjualan pada PT Buana
Raya Lestari.
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru dalam ilmu
pengetahuan mengenai pengaruh perubahan tarif PPN dan biaya bahan baku terhadap
omset penjualan. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi manajemen perusahaan PT Buana Raya Lestari dalam
mengelola pengaruh perubahan tarif PPN dan biaya bahan baku
terhadap omset penjualan. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi penulis dalam
memperluas wawasan mengenai pengaruh perubahan tarif PPN dan biaya bahan baku
terhadap omset penjualan pada PT Buana Raya Lestari.
Metode
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan analisis statistik non-parametrik untuk mengevaluasi pengaruh perubahan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan biaya
bahan baku terhadap omset penjualan pada PT Buana Raya Lestari. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan
wawasan baru dalam ilmu pengetahuan
tentang pengaruh perubahan tarif PPN dan biaya bahan baku
terhadap omset penjualan serta memberikan manfaat praktis bagi manajemen
perusahaan dalam mengelola pengaruh tersebut. Dalam pengumpulan data,
peneliti menggunakan data
primer dan sekunder, dan analisis
data dilakukan melalui berbagai teknik statistik seperti uji asumsi klasik, uji normalitas, uji multikolinearitas,
uji heteroskedastisitas, uji regresi
linier berganda, uji koefisien
determinasi, dan uji hipotesis
dengan menggunakan uji koefisien kontingensi. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang
pengaruh perubahan tarif PPN dan biaya bahan baku terhadap
omset penjualan, serta memberikan masukan dan rekomendasi yang berguna bagi pengelolaan
perusahaan.
Hasil dan Pembahasan
1.
Deskripsi
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) PT Buana Raya Lestari
Tarif Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Perpajakan (UU HPP), bab IV Pasal 7 ayat (1) tentang PPN, tarif PPN yang semula 10% menjadi sebesar 11%. Tarif ini mulai di berlakukan pada 1 April tahun 2022. PT Buana Raya Lestari mulai
dikukuhkah sebagai Pengusahan Kena Pajak (PKP) pada tahun 2015 saat 1 tahun perusahaan telah berjalan. Dan mulai saat itu
PT Buana Raya Lesatari melakukan
pemungutan dan pembayaran
Pajak Pertambahan Nikai (PPN). Berikut
ini merupakan rekapitulasi data (sampel penelitian) Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) dari tahun
2021-2022 :
Tabel 1. Sampel Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
BULAN |
2021 |
2022 |
JANUARI |
183.078.984 |
389.860.904 |
FEBRUARI |
201.671.215 |
319.743.075 |
MARET |
250.422.443 |
358.122.143 |
APRIL |
124.447.091 |
315.456.795 |
MEI |
118.774.055 |
154.384.063 |
JUNI |
269.546.445 |
318.661.169 |
JULI |
235.944.915 |
225.446.673 |
AGUSTUS |
244.421.496 |
269.200.797 |
SEPTEMBER |
208.170.115 |
286.695.367 |
OKTOBER |
204.269.448 |
193.211.268 |
NOVEMBER |
280.038.875 |
154.755.813 |
DESEMBER |
334.694.980 |
147.876.502 |
TOTAL |
2.655.482.083 |
3.133.416.591 |
Sumber : data diolah
penulis 2023
2.
Deskripsi
Biaya Bahan Baku PT Buana Raya Lestari
Bahan baku utama dari perusahaan
PT Buana Raya Lestari yang yang bergerak
di bidang percetakan dus packaging adalah kertas berupa kertas
duplex, AP, HV dan macam kertas
yang lainnya serta selain kertas bahan
baku utamanya adalah berupa tinta.
Berikut ini merupakan rekapitulasi data (sampel penelitian) pemaikan Biaya Bahan Baku PT
Buana Raya Lestari dari tahun
2021-2022 :
Tabel 2. Sampel Biaya
Bahan Baku
BULAN |
2021 |
2022 |
JANUARI |
2.038.528.631 |
2.070.091.838 |
FEBRUARI |
2.133.384.484 |
2.382.306.392 |
MARET |
1.569.026.383 |
2.543.307.993 |
APRIL |
1.606.568.158 |
2.062.218.218 |
MEI |
1.388.446.208 |
1.902.425.205 |
JUNI |
2.259.234.272 |
2.603.056.964 |
JULI |
2.306.569.383 |
2.149.121.947 |
AGUSTUS |
2.310.133.256 |
2.581.082.720 |
SEPTEMBER |
2.711.405.400 |
2.021.943.569 |
OKTOBER |
2.609.244.107 |
2.191.877.226 |
NOVEMBER |
2.669.409.600 |
2.043.271.496 |
DESEMBER |
3.116.375.329 |
1.737.695.910 |
TOTAL |
26.718.327.232 |
26.288.401.500 |
Sumber : data diolah
penulis 2023
3.
Deskripsi
Omset Penjualan PT Buana Raya Lestari
Omset Penjualan
yang dihasilkan oleh PT Buana Raya lesatri adalah berupa penjualan penjualan dari produk yang terjual dari beberapa kurun
waktu tertentu berupa produk dus
packing jadi ataupun berupa dus packing custom. Berikut ini merupakan
rekapitulasi data (sampel penelitian) Omset Penjualan dari tahun 2021-2022 :
Tabel 3. Sampel Omset
Penjualan
BULAN |
2021 |
Presentase Naik/Turun |
2022 |
Presentase Naik/Turun |
JANUARI |
2.948.968.064 |
3.187.762.220 |
||
FEBRUARI |
2.982.422.100 |
1% |
3.346.177.685 |
5% |
MARET |
2.709.353.172 |
-9% |
3.499.420.474 |
5% |
APRIL |
2.501.113.250 |
-8% |
2.759.291.766 |
-21% |
MEI |
3.015.779.501 |
21% |
2.748.428.024 |
0% |
JUNI |
3.318.388.541 |
10% |
3.879.066.674 |
41% |
JULI |
3.479.604.842 |
5% |
3.102.763.670 |
-20% |
AGUSTUS |
3.543.283.484 |
2% |
3.381.020.545 |
9% |
SEPTEMBER |
4.206.398.700 |
19% |
3.073.738.360 |
-9% |
OKTOBER |
4.070.863.359 |
-3% |
3.359.221.191 |
9% |
NOVEMBER |
3.962.514.734 |
-3% |
3.159.384.378 |
-6% |
DESEMBER |
4.209.493.163 |
6% |
2.700.813.234 |
-15% |
Sumber : data diolah
penulis 2023
Berdasaran Tabel 4.3 menunjukan bahwa terdapat kenaikan dan penurunan omset penjualan dari setiap bulannya
dan tidak stabil mulai Januari Desember 2021 dan
Januari Desember 2022 dari
presentase yang tertera
pada table pun terlihat adanya
kenaikan dan penurunan yang
tidak stabil pada omset penjualan yang di hasilkan setiap bulannya pada PT Buana Raya Lestari. Selain itum dapat dilihat
juga dari totalan omset yang di lihat dari rekapitulasi selama satu tahun
terlihat adanya penurunan omset penjualan pada tahun 2021 total omset penjualan yang dihasilkan adalah sebesar Rp. 40.948.184.929 dan pada tahun
2022 omset penjualan yang dihasilkan adalah Rp.
38.197.090.242 dengan presentase
penurunan -0,6%.
4.
Pengumpulan
Data
a.
Observasi
Dalam tahap ini, penulis melakukan pengamatan
langsung di PT Buana Raya Lestari terhadap objek yang diteliti yaitu Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), Biaya Bahan Baku dan Omset Penjualan yang tercantum
dalam berupa Laporan Keuangan sekaligus bertujuan untuk pengumpulan data.
b.
Dokumentasi
Dalam penelitian ini, penulis mencatat atau
mendokumentasikan data data yang diperlukan selama melakukan pengumpulan data
yang dapat menambah informasi mengenai topik penelitian yang penulis teliti di
PT Buana Raya Lestari.
5.
Hasil
Analisi Data
a.
Asumsi
Klasik
Dibawah ini adalah beberapa uji Asumsi Klasik yang dilakukan penulis dalam penelitian ini, diantaranya adalah sebagai berikut :
1)
Uji
Normalitas
Uji normalitas
merupakan persyaratan yang
sangat penting pada pengujian
kebermaknaan (signifikan) koefisien regresi. Model regresi yang baik adalah yang terdistribsi secara normal atau mendekasi normal sehingga data layak untuk diuji
secara statistic. Uji normalitas
yang penulis gunakan penelitian ini digunakan uji satu sampel Kolmogorosov-Smirnov
untuk menguji normalitas model regresi. Untuk melihat table hasil uji normalitas dapat dilihat nilai
probabilitas (signifikansi)
yang diperoleh dari table sebagai berikut :
Tabel 4. Hasil
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test |
||
|
Unstandardized Residual |
|
N |
24 |
|
Normal Parametersa,b |
Mean |
.0000002 |
Std. Deviation |
218860844.00020343 |
|
Most Extreme Differences |
Absolute |
.077 |
Positive |
.077 |
|
Negative |
-.069 |
|
Test Statistic |
.077 |
|
Asymp. Sig. (2-tailed) |
.200c,d |
|
a. Test distribution
is Normal. |
||
b. Calculated from
data. |
||
c. Lilliefors
Significance Correction. |
||
d. This is a lower
bound of the true significance. |
Sumber :
Data yang diolah dengan menggunakan IBM SPSS 25
Metode pngambulan keputusan untuk uji normalitas, yaitu jika signifikansi
(Asymp.sig) >0,05 maka
data berdistribusi normal dan jika
signifikansi (Asymp.sig)
<0,5 maka data residual tidak
berdistribusi normal. Pada output daoat
diketahui bahwa data nilai Asymp.sig (2-tailed) sebesar 0,200. Karena signifikansi
lebih dari 0,05 maka dapat dinyatakan
bahwa data residual berdistribusi
normal.
2) Uji Muktikolinearitas
Muktikolinearitas adalah keadaan dimana natara daua
variabel independent atau lebih pada model regresi terjadi hubungan linier yang sempurna atau mendekati
sempurna. Model regresi
yang baik mengisyaratkan tidak adanya masalah
muktikolinearitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya muktikolinearitas umumnya dengan melihat nilai Tolerance dan
VIF pada hasil regresi
linier.
Tabel 5. Hasil
Uji Muktikolinearitas
Coefficientsa |
||||||||
Model |
Unstandardized Coefficients |
Standardized Coefficients |
t |
Sig. |
Collinearity Statistics |
|||
B |
Std. Error |
Beta |
Tolerance |
VIF |
||||
1 |
(Constant) |
952533156.929 |
263605436.032 |
|
3.613 |
.002 |
|
|
Pajak Pertambahan Nilai |
-.957 |
.765 |
-.147 |
-1.251 |
.225 |
.691 |
1.447 |
|
Biaya Bahan Baku |
1.166 |
.141 |
.968 |
8.264 |
.000 |
.691 |
1.447 |
|
a. Dependent
Variable: Omset Penjualan |
Sumber :
Data yang diolah dengan menggunakan IBM SPSS 25
Metode pengambilan keputusan, yaitu jika tolerance lebih dari 0,1 dan VIF kurang dari 10 maka tidak terjadi
muktikolinearitas. Dari tabel
coefficients dapat diketahui
bahwa nilai Tolerance kedua variabel independent lebih dari 0,1 dan VIF kurang dari 10, jadi dapat disimpulkan
bahwa dalam model regresi tidak terjadi
masalah muktikolinearitas.
3) Uji Heteroskedasitisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah
varian dari residual homogen digunakan uji Rank
Spearman, yaitu dengan mengkorelasikan variable independent terhadap
nilai absolut residual (error).
Uji heteroskedastisitas menggunakan
uji Rank Spearman. Apabila ada
koefisien korelasi
independent yang signifikan, mengindikasikan
adanya heteroskedastisitas . berikut ini
adalah table hasil pengujian asumsi heteroskedastisitas :
Tabel 6. Hasil
Uji Heteroskedastisitas
Correlations |
|||||
|
Pajak Pertambahan Nilai |
Biaya Bahan Baku |
ABS_RES |
||
Spearman's rho |
Pajak Pertambahan Nilai |
Correlation Coefficient |
1.000 |
.537** |
-.268 |
Sig. (2-tailed) |
. |
.007 |
.206 |
||
N |
24 |
24 |
24 |
||
Biaya Bahan Baku |
Correlation Coefficient |
.537** |
1.000 |
-.119 |
|
Sig. (2-tailed) |
.007 |
. |
.579 |
||
N |
24 |
24 |
24 |
||
ABS_RES |
Correlation Coefficient |
-.268 |
-.119 |
1.000 |
|
Sig. (2-tailed) |
.206 |
.579 |
. |
||
N |
24 |
24 |
24 |
||
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). |
Sumber :
Data yang diolah dengan menggunakan IBM SPSS 25
Metode pengambilan keputusan pada uji heteroskedastisitas dengan Rank
Spearman yaitu jika nilai signifikansi antara variabel independent dengan absolute residual lebih dari 0,05 maka tidak terjadi masalah
heteroskedastisitas, tetapi
jika signifkansi kurang dari 0,05 maka terjadi masalah
heteroskedastisitas. Dari tabel
diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi variabel X1 sebesar 0,206, variabel X2 sebesar 0,579. Karena
nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka daoat disimpulkan
bahawa dalam model resregsi tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.
b.
Uji
Regresi Linier Berganda
Analisa regresi
berganda bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel dalam bentuk persamaan matematik dalam hubungan yang fungsional. Regresi berganda adalah model regresi atau prediksi yang melibatkan lebih dari satu variabel
bebas. Istilah regresi berganda dapat disebut juga dengan istilah multiple regression. Berikut
hasil analisi regresi linier berganda dengan menggunakan bantuan SPSS 25 :
Tabel 7. Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Coefficientsa |
||||||
Model |
Unstandardized Coefficients |
Standardized Coefficients |
t |
Sig. |
||
B |
Std. Error |
Beta |
||||
1 |
(Constant) |
952533156.929 |
263605436.032 |
|
3.613 |
.002 |
Pajak Pertambahan Nilai |
-.957 |
.765 |
.147 |
-1.251 |
.225 |
|
Biaya Bahan Baku |
1.166 |
.141 |
.-968 |
8.264 |
.000 |
|
a. Dependent
Variable: Omset Penjualan |
Sumber :
Data yang diolah dengan menggunakan IBM SPSS 25
Berdasarkan hasil olah data, terdapat nilai koefisen regresi dengan melihat hasil pada tabel coefficients pada kolom
Unstandardized dalam kolom
B, dalam sub kolom tersebut derdapat nilai konstanta (constan). Diketahui nilai koefisien regresi untuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah 0,957 dan Biaya
Bahan Baku adalah 1,1. Berdasarkan
hasil tersebut maka dapat dirumuskan
model persamaan regresi
model persamaan regresi bergand dalam penelitian
ini yang kemudian akan diinterpretasikan makna dari model persamaan regresih tersebut. Adapun model persamaan regresi tersebut adalah sebagai berikut :
Y = a +
b1 X1 + b2 X2
Y = 952.533.156 + 0.957 X1 + 1.1 X2
Model regresi berganda yang diperoleh diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
a) Konstanta sebesar 952.533.156 menyatakan bahwa jika Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) dan Biaya Bahan Baku nilainya adalah 0, maka omset penjualan adalah
sebesar 952.533.156 .
b) Koefisien regresi sebesar -0,957, artinya jika
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ditingkatkan sebesar 1 satuan, maka omset
penjualan akan menurun sebesar 0,957 satuan.
c) Koefisien regresi sebesar -1,1, artinya jika Biaya
Bahan Baku ditingkatkan sebesar 1 satuan, maka omset penjualan akan mengalami
penurunan sebesar 1,1 satuan.
c.
Uji
Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi merupakan sauatu nilai yang menyatakan besar pengaruh secara simultan variabel independen terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui nilai koefisien determinasi, maka dapat dilihat
sebagai berikut :
Tabel 8. Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary |
||||
Model |
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std. Error of the Estimate |
1 |
.895a |
.801 |
.782 |
229045804.094 |
a. Predictors:
(Constant), Biaya Bahan Baku, Pajak Pertambahan Nilai |
Sumber :
Data yang diolah dengan menggunakan IBM SPSS 25
Nilai
R-Square pada Tabel 4.8 sebesar 0,801 atau 80,1% menunjukkan bahwa variabel Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Biaya
Bahan Baku mampu menerangkan
perubahan yang terjadi pada
Omset Penjualan 80,1%. Dengan kata lain Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) dan Biaya Bahan Baku memberikan
kontribusi atau pengatuh sebesar 80,1% terhadap Omset Penjualan.
d.
Uji
Hipotesis
Uji
Hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji koefisien kontingnsi. Menurut Sugiyono (2017:351) menyatakan bahwa uji kofisien kontingensi digunakan untuk menghitung hubungan antar variabel bila datanya
berbentuk nominal. Koefisien
kontingensi digunakan untuk menguji sebuah
hipotesis penelitian
nonparametric. Berikut ini hasil uji hipoteses dengan menggunakan uji kontingensi :
1.
Pengaruh
Kenaikan Tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terhadap Omset Penjualan
a.
Rumusan
Hipotesis
Ha1 |
= |
Terdapat Pengaruh
Perubahan Tarif Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) terhadap Omset
Penjualan |
H01 |
= |
Tidak Terdapat Pengaruh Perubahan Tarif Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) terhadap Omset
Penjualan |
b.
Hasil
Pengujian
Tabel 9. Uji Kontingensi
Hipotesis Pertama
Chi-Square Tests |
|||
|
Value |
df |
Asymptotic Significance (2-sided) |
Pearson Chi-Square |
552.000a |
529 |
.237 |
Likelihood Ratio |
152.547 |
529 |
1.000 |
Linear-by-Linear
Association |
3.521 |
1 |
.061 |
N of Valid Cases |
24 |
|
|
a. 576 cells (100.0%)
have expected count less than 5. The minimum expected count is .04. |
Berdasarkan Tabel 4.9 diperolah nilai χ2 hitung ≥ tabel
pada variabel Pajak Pertambahan
Nilai sebesar 552.000. Karena nilai
χ2 hitung (552.000) lebih besar dari
χ2 tabel (14.057) maka pada tingkat kekeliriuan 5% diputuskan untuk menolak H0 sehingga H1 diterima karena nilai signifikan sebesar 0,227 dan lebih besar dari 0,5 artinya dengan tingkat kepercayaan 95% dapat disimpulkan bahwa kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) berpengaru signifikan
pada omset penjualan.
2.
Pengaruh
Biaya Bahan Baku terhadap Omset Penjualan
a.
Rumusan
Hipotesis
Ha2 |
= |
Terdapat Pengaruh
Perubahan Biaya Bahan
Baku Terhadap Omset Penjualan |
H02 |
= |
Tidak Terdapat Pengaruh Perubahan Biaya Bahan Baku Terhadap Omset Penjualan |
b.
Hasil
Pengujian
Tabel 10. Uji Kontingensi
Hipotesis Kedua
Chi-Square Tests |
|||
|
Value |
df |
Asymptotic Significance (2-sided) |
Pearson Chi-Square |
552.000a |
529 |
.237 |
Likelihood Ratio |
152.547 |
529 |
1.000 |
Linear-by-Linear
Association |
18.077 |
1 |
.000 |
N of Valid Cases |
24 |
|
|
a. 576 cells (100.0%)
have expected count less than 5. The minimum expected count is .04. |
Berdasarkan Tabel 4.10 diperoleh
χ2 hitung ≥ χ2 tabel pada variabel biaya bahan baku
sebesar 552.000. Karena nilai
χ2 hitung (552.000) lebih besar dari χ2 tabel (14.057), maka pada tingkat kekeliruan 5% diputuskan untuk menolah H0 sehingga H2 diterima karena nilai signifikansi sebesar 0,237 dan lebih besar dari 0,05 artinya dengan tingkat kepercayaan 5% dapat disimpulkan bahwa biaya bahan
baku berpengaruh signifikan terhadap omset penjualan.
3.
Pengaruh
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Biaya Bahan Baku Terhadap Omset Penjualan
a.
Rumusan
Hipoteses
Ha3 |
= |
Terdapat Pengaruh
Perubahan Tarif Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) dan Biaya Bahan Baku Terhadap Omset Penjualan |
H03 |
= |
Tidak Terdapat Pengaruh Perubahan Tarif Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) dan Biaya Bahan Baku Terhadap Omset Penjualan |
Tabel 11. Uji Kontingensi
Hipotesis Ketiga
Chi-Square Tests |
|||
|
Value |
df |
Asymptotic Significance (2-sided) |
Pearson Chi-Square |
552.000a |
529 |
.237 |
Likelihood Ratio |
152.547 |
529 |
1.000 |
Linear-by-Linear
Association |
3.521 |
1 |
.061 |
N of Valid Cases |
24 |
|
|
a. 576 cells (100.0%)
have expected count less than 5. The minimum expected count is .04. |
Berdasarkan Tabel 4.11 diperoleh
χ2 hitung ≥ x2 tabel pada variabel tarif Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) dan biaya bahan baku sebesar 552.000. Karena nilai χ2 hitung (276.000) lebih besar dari
χ2 tabel (14.057) maka pada tingkat kekeliruan 5% diputuskan untuk menolak H0 sehingga H3 diterima karena nilai signifikansi sebesar 0,237 dan lebih besar dari 0,05 artinya dengan tingkat kepercayaan 95% dapet disimpulkan bahwa tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan biaya
bahan baku berpengaruh signifikan terhadap omset penjualan.
1. Pengaruh Kenaikan Tarif
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Terhadap Omset Penjualan
Berdasarkan hasil penelitian
menunjukan bahwa hasil uji hipoteses koefisen kontingensi yaitu yaitu χ2 hitung sebesar
522.000 lebih besar dari χ2
tabel sebesar 14.057 dengan tingkat signifikansi 95% sehingga kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) berpengaruh
terhadap omset penjualan. Dari hasil yang penulis dapatkan sesuai dengan gambaran
yang terjadi pada PT Buana Raya Lestari yaitu terjadinya ketidak setabilan dan penurunan omset penjualan setiap bulannya dikarenakan adanya kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) yang semua 10% menjadi
11% sehingga minat dari pada customer membeli barang barang yang harganya cukup tinggi dari harga
yang biasa dibeli menjadi mencari supplier atau penjual yang lain yang harganya lebih minim.
Hal ini memperkuat teori (Agusti, Ningsih, & Kumalasari, 2022) Setiap
orang pribadi atau badan
yang melakukan aktivitas suatu kegiatan atau bisnis pasti
akan selalu dihadapkan dengan masalah pajak, bahkan ketika tidak
lagi menikmati penghasilan. Hal ini dapat dipandang sebagai aspek negative. Tetapi dalam perspektif
fiscal secara murni bahwa pada tingkat tarif pajak yang rendah akan menghasilkan
pendapatan yang relatif tinggi.
Kemudian dari hasil
penelitian yang penulis teliti ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh (Putri & Subandoro, 2022) dengan
judul Analis Pengaruh Kenaikan Tarif Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) Terhadap Penjualan
pada PT X Penelitian tersebut
menunjukan bahwa perubahan tarif Pajak Pertambahan Nilai yang awalnya sebesar 10% menjadi 11% yang berlaku mulai 1 April 2022 berpengaruh signifikan tehadap penjualan dan pembelian yang di lakukan oleh
customer. Sehingga dapat perulis simpulkan bahwa dari kenaikan
tarif Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) ada beberapa dampak yang dirasakan oleh para pelaku usaha dalam
bentuk pendapatan yang mereka dapatkan setiap bulannya.
2. Pengaruh Biaya Bahan Baku
Terhadap Omset Penjualan
Berdasarkan hasil penelitian
menunjukan bahwa hasil uji hipoteses koefisen kontingensi yaitu yaitu χ2 hitung sebesar
522.000 lebih besar dari χ2
tabel sebesar 14.057 dengan tingkat signifikansi 95% dan Nilai R-Square
sebesar 0,801 atau
80,1% yang menerangkan bahwa
Biaya Bahan Baku memberikan
kontribusi atau pengatuh sebesar 80,1% terhadap Omset Penjualan. Dari hasil yang penulis dapatkan sesuai dengan gambaran
yang terjadi pada PT Buana Raya Lestari yaitu terjadinya ketidak setabilan dan penurunan omset penjualan setiap bulannya dikarenakan adanya kenaikan dari harga bahan
baku dan APKI (Asosiasi
Pulp dan Kertas Indonesia) kertas
khususnya bahan baku utama yaitu
berupa kertas duplex sehingga para bagian manajemen dan marketing harus menyesuaikan harga bahan baku yang didapatkan dengan harga jual untuk
dipasarkan guna menunjang targetan omset penjualan yang diberikan oleh perusahaan.
Kemudian dari hasil
penelitian yang penulis teiliti ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh (Nainggolan & Patimah, 2020) dengan
judul Pengaruh Biaya Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja, dan Biaya Overhead Pabrik Terhadap Omset Penjualan pada Pabrrik Roti Gembung Kota Raja
m3. Balikpapan Kalimantan Timur penelitian tersebut menujukan bahwa secara simultan
bariabel biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja dan biaya overhead pabrik berpengatu signifikan terhadap variabel dependen yaitu Omset penjualan.
3. Pengaruh Kenaikan Tarif
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Biaya Bahan Baku Terhadap Omset Penjualan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa hasil uji hipoteses koefisen kontingensi yaitu yaitu χ2hitung sebesar 276.000 lebih
besar dari χ2 tabel sebesar 14.057 dengan tingkat signifikansi 95%. Dari hasil tersebut sesuai dengan gambaran
yang terjadi pada PT Buana Raya Lestari yaitu dimana pada saat diberlakukan kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi
11% yang mulai berlaku pada
April 2022 bahan baku dari perusahaan percetakan ini mengalami kenaikan harga bahan baku
terutama kertas. Sehingga hal tersebut
berpengaruh kepada harga jual yang ditawarkan oleh PT Buana Raya Lestari kepada
para customer nya.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan biaya
bahan baku terhadap omset penjualan, dapat disimpulkan bahwa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan biaya
bahan baku berpengaruh signifikan terhadap omset penjualan. Hasil uji hipotesis menunjukkan penolakan H0 dan penerimaan H1 serta H2, menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap omset penjualan. Selain itu, uji hipotesis juga menunjukkan bahwa Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
dan biaya bahan baku secara simultan
berpengaruh terhadap omset penjualan. Selanjutnya, melalui uji koefisien determinasi, ditemukan bahwa variabel Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) dan biaya bahan baku mampu menjelaskan
sebesar 80,1% variasi yang terjadi pada omset penjualan.
Berdasarkan temuan ini, ada
beberapa saran yang dapat diberikan sebagai langkah tindak lanjut. Pertama, perusahaan disarankan untuk mempertimbangkan strategi harga agar tetap kompetitif meskipun terdapat kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) dan biaya bahan baku. Hal ini dapat
dilakukan dengan memaksimalkan kualitas produk dan menjaga stabilitas harga agar konsumen tetap memilih produk perusahaan. Kedua, perlu ditingkatkan upaya dalam pemasaran
dan kegiatan penjualan agar
omset penjualan selalu melebihi target yang ditetapkan. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan strategi pemasaran, memperluas jaringan distribusi, dan memperhatikan kebutuhan serta preferensi konsumen. Dengan menerapkan saran-saran tersebut, diharapkan perusahaan dapat mengatasi dampak kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) dan biaya bahan baku terhadap omset
penjualan serta mencapai pertumbuhan yang lebih baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Agusti, Rosalita
Rachma, Ningsih, Devi Nur Cahaya, & Kumalasari, Kartika Putri. (2022). Konsep
Pajak Konsumsi: Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di Era Digital. Universitas
Brawijaya Press.
Anggraini, Rina, & Putri, Dhea Ananda. (2020). Kajian Kritis Ekonomi
Syariah Dalam Menelisik Kebijakan Moneter Sebagai Upaya Penyelamatan
Perekonomian Ditengah Pandemi Covid-19. Jurnal BONANZA: Manajemen Dan Bisnis,
1(2), 8097.
Eddyono, Fauziah. (2021). Pengelolaan Destinasi Pariwisata. uwais
inspirasi indonesia.
Farina, Desy, Candra, Revi, & Irawan, Yudi. (2021). Pengaruh Pengenaan
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Terhadap Daya Beli Konsumen Barang Elektronik Di
Pasar Batusangkar. AL-ITTIFAQ: Jurnal Ekonomi Syariah, 1(1), 8396.
Lestari, Gusti Ayu Widya, & Putri, IGAMAD. (2017). Pengaruh corporate
governance, koneksi politik, dan leverage terhadap penghindaran pajak. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana, 18(3), 20282054.
Nainggolan, Hermin, & Patimah, Siti. (2020). Pengaruh Biaya Bahan
Baku, Biaya Tenaga Kerja dan Biaya Overhead Pabrik Terhadap Omset Penjualan
Pabrik Roti Gembung Kota Raja Km. 3 Balikpapan Kalimantan Timur. Methosika:
Jurnal Akuntansi Dan Keuangan Methodist, 4(1), 1933.
Purnomo, Rochmat Aldy. (2016). Ekonomi kreatif pilar pembangunan
Indonesia. Ziyad Visi Media.
Purwanto, Eko. (2021). Pengaruh Volume Penjualan, Biaya Produksi, Dan
Pajak Penghasilan Terhadap Laba Bersih Di Bursa Efek Indonesia. IQTISHADUNA:
Jurnal Ilmiah Ekonomi Kita, 10(2), 215224.
Putri, Veni Gerhana, & Subandoro, Agus. (2022). Analisis Pengaruh
Kenaikan Tarif PPN 11% Terhadap Penjualan Pada PT X. Jurnal Revenue Jurnal
Akuntansi, 3(1), 5458.
Sarwanti, Aprilliyanti, Hasiholan, Leonardo Budi, & Wulan, Heru Sri.
(2017). Pengaruh Modal Usaha, Biaya Bahan Baku dan Tenaga Kerja Terhadap
Kinerja Usaha Industri Tahu di Kabupaten Sukoharjo. Journal of Management,
3(3).
Septianti, Gita Tryas. (2019). Pengaruh Pengenaan Tarif Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) Terhadap Harga Pokok Penjualan (HPP) Dan Pendapatan
(Studi Kasus pada CV. TOTO). Universitas Muhammadiyah Sukabumi.