PENGARUH KEPEMIMPINAN, PELATIHAN, DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU (Studi Pada SMK Pandawa Budi Luhur di Jakarta
Selatan)
Rizki Ichtiarini1, Salma Ghoytsa
Arlis2, Fajar Imam Firmansyah3, Lisda
Ayu Pratiwi4, Syaban Senjaya5
Universitas Budi Luhur
Email: 2231600343@student.budiluhur.ac.id1,
2231600202@student.budiluhur.ac.id2,
2231600079@student.budiluhur.ac.id3,
2231600152@student.budiluhur.ac.id4,
2231600533@student.budiluhur.ac.id5
Abstrak
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan, pelatihan dan lingkungan
kerja terhadap kinerja guru pada SMK Pandawa Budi Luhur, Jakarta Selatan. Jenis
dari penelitian ini kuantitatif. Sampel yang digunakan sebanyak 60 responden, dengan
metode pengambilan sampel menggunakan teknik non probability sampling dengan
metode sampling random sederhana dan menggunakan rumus lemeshow. Data
dianalisis dengan menggunakan software SPSS (Statistical Product and Service
Solutions) versi 25. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan berpengaruh
signifikan terhadap kinerja. Pelatihan berpengaruh terhadap kinerja guru. Lingkungan
kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru.
Kata
kunci: Kepemimpinan, Pelatihan, Lingkungan Kerja, Kinerja Guru
Abstract
This study aims to determine the effect of leadership,
training and work environment on teacher performance at SMK Pandawa Budi Luhur,
South Jakarta. This type of research is quantitative. The sample used was 60 respondents,
with the sampling method using a non-probability sampling technique with a simple
random sampling method and using the Lemeshow formula. The data were analyzed
using SPSS software (Statistical Product and Service Solutions) version 25. The
results showed that leadership had a significant effect on performance.
Training has no effect on teacher performance. The workenvironment has a significant
effect on teacher performance.
Keywords: Leadership, Training, Work Environment, Teacher Performance
Pendahuluan
Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang
untuk pengajaran siswa atau murid di bawah pengawasan pendidik atau guru. Sebagian
besar negara memiliki sistem pendidikan formal yang umumnya wajib dalam upaya menciptakan
anak didik yang mengalami kemajuan setelah mengalami proses melalui
pembelajaran. Salah satu peranan yang penting disekolah adalah Guru. Guru sangat
berperan dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Guru adalah salah satu komponen
manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha
pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Guru
merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan secara aktif
dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional sesuai dengan tuntutan
masyarakat yang semakin berkembang. Dalam hal ini guru tidak semata- mata
sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai pendidik
yang melakukan transfer nilai - nilai sekaligus sebagai pembimbing yang
memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar. Guru juga harus
mengajar sesuai dengan prosedur sekolah dan melaksanakannya dengan penuh
tanggungjawab.
Agar terwujudnya kinerja guru yang berkompeten, maka
sekolah juga harus menyediakan fasilitas yang memadahi agar guru dapat bekerja secara
maksimal. Dengan adanya fasilitas yang memadahi, maka kinerja guru akan lebih maksimal.
(Supardi, 2014) menyatakan bahwa “Keberhasilan
pendidikan sangat dipengaruhi oleh kinerja guru sebagai tenaga pendidik. Setiap
sekolah akan selalu berusaha untuk meningkatkan kinerja guru sebagai
fasilitator pendidikan, dengan harapan apa yang menjadi tujuan sekolah akan
tecapai.”.
Dalam Undang – Undang Dasar
Republik Indonesia No 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, pasal 1 ayat (1) menjelaskan
bahwa “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah”.
Keberhasilan suatu pendidikan
sangat dipengaruhi oleh kinerja guru secara professional. SMK Pandawa Budi Luhur
merupakan salah satu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang ada di Jakarta
Selatan yang beralamat di Jalan Komplek Hankam Cidodol No. 3, Kebayoran Lama. Sekolah
dengan luas 5654 m2 ini terletak didalam komplek hankam, sehingga tingkat kebisingan
dapat dihindarkan. SMK Pandawa Budi Luhur memiliki 3 kompetensi keahlian yaitu:
Perhotelan, Usaha Perjalanan Wisata, Tata Boga.
Keberhasilan suatu pekerjaan
sangat ditentukan oleh sumber daya manusia yang efektif, karena sumber daya
manusia memiliki peran utama dalam aktifitas organisasi atau pekerjaan
tersebut. Penilaian sumber daya manusia dapat dilihat dari hasil kerja yang telah
dilakukannya melalui kinerja yang dihasilkannya. Sehingga dapat dikatakan
sumber daya manusia yang efektif itu menghasilkan kinerja yang baik. Pentingnya
memperhatikan kinerja gurun sebab kinerja merupakan salah satu penentu dalam
mencapai kinerja perusahaan dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan. Kinerja
setiap gurun akan berbeda-beda tingkat hasilnya. Dalam ruang lingkup sumber daya
manusia, kinerja seseorang guru sangat dibutuhkan untuk mencapai kinerja yang terbaik,
baik bagi gurunnya sendiri maupun perusahaan. Untuk mendapatkan kinerja yang
memuaskan sesuai dengan yang diharapkan perusahaan, tentunya perlu faktor yang
mendukung agar kinerja gurun yang maksimal dapat tercapai yaitu faktor dari
kompensasi dan lingkungan kerja. faktor yang mempengaruhi kinerja gurun yaitu:
pelatihan dan lingkungan kerja.
Selain faktor kepemimpinan
faktor yang dapat meningkatkan kemampuan kinerja guru adalah pelatihan kerja.
Dalam hal ini pelatihan pendidikan masih kurang maksimal karena terkadang adanya
guru yang tidak memahami yang berkaitan dengan dunia teknologi. Selain itu
pelatihan diera pandemik banyak menggunakan sistem online, dan membuat
pelatihan pendidikan kurang efisien. Pelatihan pendidikan Adalah suatu proses pendidikan
jangka pendek yang mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisir di mana pegawai
non-manajerial mempelajari pengetahuan konseptual dan teoritis guna mencapai tujuan
perusahaan yang umum. Pelatihan yang dilaksanakan dengan baik akan bermanfaat bagi
organisasi. dimana dengan adanya pemberian pelatihan dapat memperbaiki dari sisi
kepemimpinantivitas tenaga kerja karena kurangnya keterampilan, pengetahuan,
dan sikap kerja. (Widiastini,
Wijaya, & Mahayasa, 2023). Permasalahan kinerja selalu menjadi
permasalahan kelasik di tiap tiapperusahaan banyak perusahaan mencoba mencari dan
meneliti tentang kinerja untuk memajukan perusahaannya. Menurut (Purnama &
Yuwono, 2023) kinerja merupakan hasil atau keluaran
dari suatu proses” karena kinerja adalah sebuah hasil atau keluaran dari suatu proses maka banyak para pimpinan yang menyoroti kinerja
bawahannya untuk memastikan perusahaan yang di pegangnya akan maju. (Sembiring,
Jufrizen, & Tanjung, 2021). Ketepatan waktu pemberian kompensasi
juga menjadi bagian hal yang penting karena apabila kompensasi selalu tertunda dengan
alasan yang tidak jelas maka bisa jadi akan terjadi penurunan kinerja.
Lingkungan kerja merupakan segala sesuatu yang
ada dilingkungan para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan
tugas seperti temperatur, kelembapan, ventilasi, penerangan, kegaduhan kebersihan
tempat kerja dan memadai tidaknya alat alat tempat kerja dapat mempengaruhi
kinerja. (Afandi, 2017) 5 Lingkungan kerja dalam
suatu organisasi sangat penting untuk diperhatikan. Hal ini disebabkan karena
lingkungan kerja mempunyai pengaruh langsung terhadap para karyawan. Pencapaian
visi dan misi sekolah tidak dapat secara efektif bilamana tidak di dukung oleh lingkungan
kerja yang menyenangkan.
Lingkungan kerja merupakan
segala sesuatu yang berasa di sekitar para pekerja dan yang dapat memengaruhi
dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan, misalnya kebersihan, musik,
penerangan dan lain lain. Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai dan gaji
yang besar tidak akan berarti apabila guru tidak dapat bekerja dengan
nyaman. Lingkungan kerja yang baik akan mendorong guru senang bekerja dan meningkatkan
tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik menuju ke arah peningkatan
kepemimpinantivitas.
Peningkatan kerja guru melalui
kompensasi yang diberikan oleh pemerintah dapat memotivasi para guru untuk lebih
bersemangat dalam menjalankan tugasnya. Kompensasi yang diharapkan mampu meningkatkan
kinerja guru agar lebih baik lagi, seperti yang di ungkapkan oleh sumarna surapranata
selaku Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemendikbud, bahwa dirinya
diminta khusus olen mendikbud Anies Baswedan untuk menaikkan fungsional guru
honorer dan pemerintah tidak akan membedakan guru negeri dan swasta. Pada fenomena
yang ada dalam dunia pendidikan saat ini, muncul kesenjangan antara sekolah negeri
dan swasta. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 tahun 2005 tentang sistem
pendidikan nasional pasal 4 ayat 1 pada poin pertama, guru memperoleh
penghasilan diatas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesehatan sosial. Hal ini
dimungkinkan karena kompensasi yang didapat guru di Perguruan swasta belum
mensejahterakan guru, yang berpengaruh kepada rendahnya kualitas lulusan
swasta.
Dalam
hasil observasi di SMK Pandawa Budi Luhur Jakarta, lingkungan kerja di SMK
Pandawa Budi Luhur kurang mendukung, terbukti dengan guru masih kurang nyaman
dengan kondisi kelas karena cahaya matahari yang masuk melalui jendela kaca ke dalam
kelas, sehingga mengganggu guru dalam menjelaskan materi pembelajaran. Cat yang
berada di dalam kelas juga dirasa kurang menarik karena warnanya yang sudah
kusam. Udara dalam ruangan dirasa sudah cukup baik karena telah menggunakan pendingin
ruangan/ AC,tetapi kondisi kelas yang kurang bersih menjadikan bau yang kurang
sedap dan lembab. Guru juga merasa sarana dan prasara yang disediakan sekolah
sangat kurang. Di laboratorium sarana dan prasarana juga dirasa kurang mendukung
seperti kurangnya jumlah komputer, meja dan kursi. SMK Pandawa Budi Luhur juga terletak
berhadapan dengan SDN 03 Grogol Selatan, sehingga suasana sekolah menjadi lebih
ramai . Sedangkan untuk lingkungan kerja terhadap sesama guru maupun guru dalam
melakukan komunikasi sudah terjalin dengan baik, komunikasi yang terjalin baik dengan
sesama guru maupun guru sangat dibutuhkan guna berbagi informasi yang diberikan
sekolah guna menunjang kinerja sebagai guru. Komunikasi yang baik akan
menumbuhkan lingkungan kerja yang nyaman. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh (Taufiqurrahman & Indarti, n.d.) bahwa
variabel lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
guru di MTS Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan. Hal ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh (Priyono, Qomariah, & Winahyu, 2018) bahwa
lingkungan kerja mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
kinerja guru. Selain lingkungan kerja, salah satu faktor lain yang mempengaruhi
kinerja guru adalah motivasi kerja.
Berdasarkan uraian
latar belakang dan perumusan masalah maka tujuan penelitian adalah untuk membuktikan
analisis pengaruh: 1. Untuk
menguji pengaruh kepemimpinan terhadap Kinerja guru? 2. Untuk menguji
pengaruh pelatihan terhadap Kinerja guru? 3. Untuk
menguji pengaruh lingkungan kerja terhadap Kinerja guru? 4. Untuk menguji
pengaruh kepemimpinan, pelatihan dan lingkungankerja terhadap Kinerja guru ?
Kinerja merupakan
terjemahan dari kata performance yang berarti pekerjaan, perbuatan. Menurut
Ruky dalam (Supardi, 2014) kata
performance memberikan tiga arti yaitu: (1) Prestasi seperti dalam konteks atau
kalimat “high performance car” atau mobil yang sangat cepat. (2) Pertunjukan,
seperti dalam konteks atau kalimat “ Folk dance performance” atau pertunjukan
tari-tarian rakyat. (3) Pelaksanaan tugas, seperti dalam konteks atau kalimat
“in performing his/ her duties” atau dalam pelaksanaan kewajibannya. Kinerja
dalam arti di atas dimaksudkan sebagai prestasi kerja. Hasil kerja seseorang
dalam periode tertentu jika dibandingkan dengan sasaran, standar yang telah
ditentukan dan telah disepakati bersama. Bila diaplikasikan dalam lembaga
pendidikan kinerja mengandung makna hasil kerja, kemampuan atau prestasi,
dorongan untuk melaksanakan suatu pekerjaan. Kinerja merupakan suatu kegiatan
yang dilakukan untuk melaksanakan, menyelesaikan tugas dan tanggung jawab
sesuai dengan harapan dan tujuan yang telah ditetapkan.
(Darmadi, 2018) kinerja guru
adalah kemampuan yang ditunjukkan oleh guru dalam melaksanakan tugas atau
pekerjaannya. Kinerja dikatakan baik dan memuaskan apabila apabila tujuan yang
dicapai sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Menurut (Armani & Margunani, 2017) kinerja guru
dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas dan
pendidikan sesuai dengan tanggung jawab dan wewenang nya berdasarkan standar
kinerja yang telah ditetapkan selama periode tertentu dalam kerangka mencapai
tujuan pendidikan. Kinerja guru dapat dilihat dan diukur berdasarkan
spesifikasi kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru.
Metode
Cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu berdasarkan metode penelitian. Dibutuhkan
metode yang relavan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Data dengan tujuan
dan kegunaan tertentu merupakan cara ilmiah yaitu metode penelitian Menurut (Sugiyono, 2017). Metode
kuantitatif merupakan penelitian yang digunakan peneliti.
Metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel
tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan
data menggunakan instrumen penelitian, analisis dara bersifat kuantitatif/statistik,
dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan adalah metode
peneitan kuantitatif berdasarkan pendapat (Sugiyono, 2018).
Dilihat dari pengertian diatas, maka dapat
disimpulkan penelitian kuantitatif adalah jenis penelitian yang berdasarkan
data yang berupa angka dalam pengumpulan data. Penulis menggunakan penelitian
kuantittatif karena data yang diperoleh yaitu berupa informasi atau data
kualitatif yang diangkakan. Dengan menggunakan bantuan pengolahan data
statistik, sehingga penulis dapat melihat seberapa besar pengaruh kualitas
kepemimpinan, pelatihan serta lingkungan kerja berpengaruh terhadap Kinerja guru.
Suatu teknik pengambilan data atau sampel
sehingga semua data kemungkinan terpilih sebagai sampel tidak sama besar atau Non probability sampling, yang akan di gunakan
peneliti dalam menentukan elemen sampel.
Seluruh data yang menjadi perhatian
peneliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan. adalah pengertian
populasi . dengan kata lain hal yang berhubungan dengan data, bukan faktor
manusianya. Jika setiap indivindu atau manusia memberikan suatu data, maka banyaknya
atau ukuran populasi akan sama dengan banyaknya manusia.
Wilayah generalisasi yang terdiri
atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
merupakan pengertian populasi berdasarkan pendapat (Sugiyono, 2016).
Dapat diambil kesimpulan berdasarkan pendapat
diatas, populasi merupakan subyek atau obyek yang memenuhi syarat tertentu atau
berada pada suatu wilayah yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian maka yang
menjadi populasi sasaran dalam penelitian ini adalah guru di SMK Pandawa Budi Luhur.
Data yang diperoleh dari SMK Pandawa Budi Luhur menunjukan bahwa populasi guru diketahui.
Sampel adalah bagian dari
karakteristik dan jumlah yang dimiliki oleh suatu populasi (Sugiyono, 2012). Suatu teknik
pengambilan data atau sampel sehingga semua data kemungkinan terpilih sebagai sampel
tidak sama besar adalah nonprobability sampling yang dimana digunakan dalam
teknik penelitian ini.
Sampling random sederhana (Simple
random sampling). yang merupakan bagian dari sampel teknik probability sampling
yang akan digunakan dalam sampel peneilitan. Sampel teknik yang digunakan berdasarkan
simple atau sederhana sebab
pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak, tanpa memperhatikan strata
yang terdapat dalam populasi tersebut. Teknik pengambilan sampel jenis ini dilakukan
jika anggota populasi yang kecil dan dianggap homogen, (Sugiyono, 2017). Dalam
penelitian ini jumlah sampel yang akan digunakan adalah sebanyak 60 responden.
Rumus Lemeshow yang akan digunakan dalam penelitian sesuai dengan jumlah sampel
karena jumlah populasi penelitian tidak diketahui secara pasti. Rumus Lemeshow yang
digunakan adalah sebagai berikut :
Keterangan:
n = jumlah sampel
z = skor z pada kepercayaan 95%=1,96p
= maksimal estimasi=0,5 d = alpha (0,10)
atau sampling error= 10%
Melalui rumus di atas, maka jumlah
sampel yang akan di ambil adalah:Jadi, jumlah sampel minimal adalah 60 orang.
Hasil dan Pembahasan
Uji Validitas
Uji
Validitas dan Reliabilitas dilakukan terhadap 60 responden, dengan menggunakan software komputer SPSS Versi 25 setiap
pernyataan untuk masing- masing variabel yang ada dalam kuesioner akan
dinyatakan valid jika rhitung > r tabel.
R tabel didapat
dari perhitungan menggunakan software komputer SPSS versi 20, dengan ketentuan n
– 2 (60 – 2 = 58) dan tingkat kepercayaan sebesar 95%.
Untuk
mengetahui apakah kuesioner yang telah dilakukan datanya valid atau tidak dan
reliabel atau tidak maka penulis melakukan Uji Validitas dan Reliabilitas. Uji Validitas
menggunakan tingkat kepercayaan 95%, dimana df = n – 2. Nilai n dalam penelitian
ini yaitu 60, sehingga nilai df = 58. Dengan begitu, diperoleh nilai r tabel = 0,2144.
Dasar pengambilan keputusan pada uji validitas ini adalah sebagai berikut:
a.
Jika r hitung
> 0,2144 (r tabel), maka butir atau pernyataan tersebut valid.
b.
Jika r hitung
< 0,2144 (r tabel), maka butir atau pernyataan tersebut tidak valid.
Pada
penelitian ini dilakukan terhadap 60 responden dan diperoleh hasil seluruh butir
pernyataan. Nilai r tabel didapat dari hasil pergitungan pada tabel item total
statistik, dengan bantuan software SPSS versi 25.0 Berikut adalah hasil dari uji
validitas:
Uji Validitas Variabel Kepemimpinan (X1)
Uji
validitas terhadap variabel Kepemimpinan yang dilakukan pada 60 responden dengan
jumlah indikator sebanyak 6. Hasil uji validitas tersebut diperoleh corrected
item- Total Correlation sebagai berikut:
Tabel 1 Hasil Uji Validitas
Variabel Kepemimpinan (X1)
Item Pertanyaan |
Corrected Item Total Correlation |
Rtable |
Keterangan |
X1_1 |
0.5473 |
0,2144 |
Valid |
X1_2 |
0.7431 |
0,2144 |
Valid |
X1_3 |
0.5822 |
0,2144 |
Valid |
X1_4 |
0.4932 |
0,2144 |
Valid |
X1_5 |
0.6051 |
0,2144 |
Valid |
X1_6 |
0.7901 |
0,2144 |
Valid |
Sumber: Hasil
Pengolahan Data SPSS 25.0
Berdasarkan
hasil dari Tabel 1 diatas, nilai
corrected item-total correlation X1_1
sampai dengan X16 atau r hitung > r tabel sebesar 0,2144 kesimpulannya valid, sehingga dapat dikatakan bahwa item-item yang mewakili variabel Kepemimpinan
sudah valid dan boleh digunakan untuk proses pengolahan data berikutnya. Dari
hasil output diatas diketahui semua
pernyataan mendapatkan hasil nilai r hitung lebih besar dari r¬tabel hasil output atau r hitung dapat diketahui bahwa
semua pernyataan Kepemimpinan dalam uji validitas diatas dinyatakan valid karena nilai signifikansi >
0,2144.
Uji Validitas Pelatihan (X2)
Uji validitas
terhadap variabel Pelatihan yang dilakukan pada 60 responden dengan jumlah indikator
sebanyak 6. Hasil uji validitas tersebut diperoleh corrected item-Total
Correlation sebagai berikut:
Tabel 2 Hasil Uji Validitas
Variabel Pelatihan X2
Item Pertanyaan |
Corrected Item Total Correlation |
Rtable |
Keterangan |
X2_1 |
0.6755 |
0,2144 |
Valid |
X2_2 |
0.5741 |
0,2144 |
Valid |
X2_3 |
0.6412 |
0,2144 |
Valid |
X2_4 |
0.6001 |
0,2144 |
Valid |
X2_5 |
0.5582 |
0,2144 |
Valid |
X2_6 |
0.4571 |
0,2144 |
Valid |
Sumber: Hasil
Pengolahan Data SPSS 25.0
Berdasarkan
hasil dari Tabel 2 diatas,
dari hasil output diketahui semua pernyataan
mendapatkan hasil nilai r hitung lebih besar dari r¬tabel hasil output atau r hitung dapat diketahui
bahwa semua item-item yang mewakili variabel
Pelatihan dalam uji validitas diatas dinyatakan
valid
karena nilai signifikansi >0,2144, dan boleh digunakan untuk proses pengolahan data berikutnya.
Uji Validitas Variabel Lingkungan Kerja (X3)
Uji
validitas terhadap variabel Lingkungan Kerja yang dilakukan pada 60 responden dengan
jumlah indikator sebanyak 6. Hasil uji validitas tersebut diperoleh corrected
item-Total Correlation sebagai berikut:
Tabel 3 Hasil Uji Validitas Variabel Lingkungan
Kerja (X3)
Item Pertanyaan |
Corrected Item Total Correlation |
Rtable |
Keterangan |
X3_1 |
0.6381 |
0,2144 |
Valid |
X3_2 |
0.4584 |
0,2144 |
Valid |
X3_3 |
0.6421 |
0,2144 |
Valid |
X3_4 |
0.6453 |
0,2144 |
Valid |
X3_5 |
0.5589 |
0,2144 |
Valid |
X3_6 |
0.6271 |
0,2144 |
Valid |
Sumber: Hasil
Pengolahan Data SPSS 25.0
Berdasarkan
hasil dari Tabel 3 diatas, nilai
corrected item-total correlation dari
hasil output diketahui semua
pernyataan mendapatkan hasil nilai rhitung lebih besar dari r¬tabel hasil output atau r hitung dapat diketahui
bahwa semua item-item yang mewakili
variabel Lingkungan Kerja dalam uji validitas
diatas dinyatakan valid karena nilai signifikansi >0,2144, dan boleh
digunakan untuk proses pengolahan data berikutnya.
Uji Validitas Variabel Kinerja Guru (Y)
Uji validitas
terhadap variabel Kinerja Guru yang dilakukan pada 60 responden dengan jumlah indikator
sebanyak 6. Hasil uji validitas tersebut diperoleh corrected item-Total
Correlation sebagai berikut:
Tabel 4 Hasil Uji Validitas
Variabel Kinerja Guru (Y)
Item Pertanyaan |
Corrected Item Total Correlation |
Rtable |
Keterangan |
Y_1 |
0.5842 |
0,2144 |
Valid |
Y_2 |
0.5371 |
0,2144 |
Valid |
Y_3 |
0.5832 |
0,2144 |
Valid |
Y_4 |
0.6453 |
0,2144 |
Valid |
Y_5 |
0.6682 |
0,2144 |
Valid |
Y_6 |
0.7001 |
0,2144 |
Valid |
Berdasarkan
hasil dari Tabel 4 diatas, nilai corrected
item-total correlation dari hasil output
diketahui semua pernyataan mendapatkan hasil nilai rhitung lebih besar dari
r¬tabel hasil output atau r hitung
dapat diketahui bahwa semua item-item yang
mewakili variabel Kinerja guru dalam uji validitas diatas dinyatakan valid karena nilai signifikansi
>0,2144, dan boleh digunakan untuk proses pengolahan data berikutnya.
Uji
reliabilitas diperlukan untuk mengukur tingkat kehandalan kuesioner. Untuk itu,
dilakukan uji reliabilitas internal pada instrument
penelitian dengan menggunakan Teknik reliabilitas dengan metode Alpha. Dasar pengambilan keputusan untuk
uji reliabilitas adalah satiap variabel akan dikatakan reliabel jika: Cronbach’s Alpha > 0,6. Priyanto
(2012) dalam Halim (2016).
Dasar pengambilan
keputusan pada uji reliabilitas ini yaitu:
a.
Cronbach’s Apha > 0,6, maka kuesioner yang diuji reliabel.
b.
Cronbach’s Apha < 0,6, maka kuesioner yang diuji tidak reliabel.
Cronbach Alpha Variabel Kepemimpinan (X1)
Tabel 5 Hasil Uji Realibilitas
Variabel Kepemimpinan (X1)
Reliability
Statistics
Cronbach's
Alpha |
Cronbach's
Alpha Based on Standardized
Items |
N ofItems |
.907 |
.660 |
6 |
Sumber: Hasil
Pengolahan Data SPSS 25.0
Pada tabel 5 Reliability Statistics, dapat diketahui nilai Cronbach’s
Alpha adalah 0,907> 0,60 maka data atau indikator Kepemimpinan X1_1,
X1_2, X1_3, X1_4, X1_5, X1_6,
, dapat dinyatakan reliabel dan dapat diterima.
Cronbach Alpha Variabel Pelatihan (X2)
Tabel 6 Hasil Uji Realibilitas
Variabel Pelatihan (X2)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha |
Cronbach's
Alpha Based on Standardized
Items |
N ofItems |
.753 |
.679 |
6 |
Sumber: Hasil
Pengolahan Data SPSS 25.0
Pada tabel 6 Reliability Statistics, dapat diketahui nilai Cronbach’s
Alpha adalah 0,753> 0,60 maka data atau indikator Pelatihan X2_1, X2_2,
X2_3, X2_4, X2_5, X2_6 dapat dinyatakan
reliabel dan dapat diterima.
Cronbach Alpha Variabel Lingkungan Kerja (X3)
Tabel 7 Hasil Uji Realibilitas
Variabel Lingkungan Kerja (X3)
Reliability
Statistics
Cronbach's Alpha |
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items |
N ofItems |
.729 |
.763 |
6 |
Sumber: Hasil
Pengolahan Data SPSS 25.0
Reliability
Statistics, dapat diketahui nilai Cronbach’s Alpha adalah 0,729 > 0,60 maka
data atau indikator Lingkungan Kerja X3_1, X3_2, X3_3,
X3_4, X3_5, X3_6, dapat dinyatakan reliabel dan
dapat diterima.
Cronbach Alpha Variabel Kinerja Guru (Y)
Tabel 8 Hasil Uji Realibilitas
Variabel Kinerja Guru(Y)
Reliability
Statistics
Cronbach'sAlpha |
Cronbach's
Alpha Based on Standardized
Items |
N ofItems |
.743 |
.763 |
6 |
Sumber: Hasil
Pengolahan Data SPSS 25.0
Pada tabel 8 Reliability Statistics, dapat diketahui nilai Cronbach’s
Alpha adalah 0,743 > 0,60 maka data atau indikator Kinerja GuruY_1, Y_2,
Y_3, Y_4, Y_5,Y_6, dapat dinyatakan non reliabel dan tidak dapat diterima.
Uji ini
merupakan persyaratan statistik yang harus di penuhi pada analisis regresi linear
berganda yang berbasis ordinary least square
(OLS).
Uji Normalitas
Uji normalitas
bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau
residual memilki distribusi normal. Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian
adalah yang memiliki distribusi normal. Normalitas data dapat dilihat dengan
beberapa cara, diantaranya yaitu dengan melihat kurva normal p-plot. Suatu variabel dikatakan normal jika
gambar distribusi dengan titik-titik data yang menyebar di sekitar garis diagonal
dan penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal. Uji normalitas
data juga dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov.
Untuk mempermudah dalam melakukan perhitungan secara statistik. Suatu data dinyatakan
berdistribusi normal jika nilai Asymp Sig
(2-tailed) hasil pehitungan Kolmongorov-Smirnov
lebih besar dari 1/2α atau 0,05, (Ghozali, 2016). Dengan menggunakan
bantuan program SPSS 25 didapat hasil sebagai berikut:
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 25.0
Pada Gambar 4.6 diatas, hasil dari output SPSS Normal P-P plot, memperlihatkan bahwa distribusi dari titik-titik data menyebar disekitar garis diagonal dan penyebaran titik-titik data searah dengan garis diagonal. Maka dapat disimpulkan bahwa data pada variabel Kinerja Guruadalah normal. Maka untuk mendukung uji normalitas, dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan dan mencantumkan hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov. Uji Kolmogorov- Smirnov untuk membantu peneliti mengetahui apakah variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji Kolmogorov-Smirnov ini dapat dilihat pada Tabel 4.19 sebagai berikut:
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test |
||
|
Unstandardized Residual |
|
N |
60 |
|
Normal
Parametersa,b |
Mean |
,0000000 |
Std. Deviation |
1,83862466 |
|
Most
Extreme Differences |
Absolute |
,071 |
Positive |
,071 |
|
Negative |
-,067 |
|
Test
Statistic |
,071 |
|
Asymp.
Sig. (2-tailed) |
,200c,d |
|
a. Test
distribution is Normal. |
|
|
b. Calculated from data. |
|
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 25.0
Hipotesis
yang diajukan adalah sebagai berikut:
a.
Ho: Data residual
berdistribusi Normal
Ha: Data residual
tidak berdistribusi normal.
b.
Pengambilan
Keputusan:
Jika
Sig.(p) > 0.05 maka Ho diterimaJika Sig.(p) < 0.05 maka Ho ditolak Berdasarkan
hasil output diatas dapat disimpulkan bahwa dengan melihat
nilai Asymp. Sig. (2-tailed) 0,816, nilai
tersebut memenuhi ketentuan sig (P) 0,05 yaitu 0,200 > 0,05. Jadi H0
diterima, sedangkan Ha ditolak. Dengan demikian secara keseluruhan data telah
berdistribusi normal jika dilihat dari hasil Normal Probability Plot dan tabel Kolmogorov-Smirnov.
Uji Multikolineritas
Uji multikolinearitas
bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi ditemukan adanya korelasi
antara variabel bebas (independent).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independent. Jika variabel independent saling berkorelasi, maka variabel-variabel
ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independent yang nilai korelasi antar sesama variabel independent sama dengan nol. Multikolinieritas
dapat dilihat dari (1) nilai tolerance dan
lawannya (2) variance inflation factor (VIF).
Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independent manakah yang dijelaskan oleh variabel independent lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel
independent menjadi variabel dependent (terikat) dan diregresikan terhadap
variabel independent lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel
independent yang terpilih jika dijelaskan
oleh variabel independent lainnya.
Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas
adalah nilai tolerance < 0,10 atau
sama dengan nilai VIF > 10. Setiap peneliti harus menentukan tingkat
kolinieritas yang masih dapat ditolerir. Sebagai misal nilai tolerance = 0,10 sama dengan tingkat kolinieritas
> 0,9. Walaupun multikolinieritas dapat dideteksi dengan nilai tolerance dan VIF, tetapi kita masih tetap
tidak mengetahui variabel-variabel independent
mana sajakahyang saling berkolerasi (Ghozali, 2016).
Tabel 10 Uji Multikolineritas
Coefficientsa |
|||||
Model |
Unstandardized Coefficients |
Tolerance |
VIF |
||
B |
Std. Error |
||||
1 |
(Constant) |
54,139 |
4,164 |
|
|
KEPEMIMPINAN |
,070 |
,032 |
,992 |
1,008 |
|
PELATIHAN |
,109 |
,031 |
,957 |
1,045 |
|
LINGKUNGAN KERJA |
,091 |
,039 |
,951 |
1,052 |
a.Dependent
Variable: Kinerja Guru Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 25.0
Berdasarkan
hasil uji multikolinearitas pada Tabel 10 di atas, dapat dilihat:
1.
Variabel
Kepemimpinan (X1)
Tolerance : 0,992
> 0,10
VIF : 1,008
< 10
Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa untuk variabel Kepemimpinantidak
terjadi multikolinearitas.
2.
Variabel
Pelatihan (X2)
Tolerance : 0,957>
0,10
VIF : 1,045
< 10
Kesimpulan : Dapat
disimpulkan bahwa untuk variabel Pelatihan tidak terjadi multikolinearitas.
3.
Variabel Lingkungan
Kerja (X3)
Tolerance : 0,951
> 0,10
VIF : 1.052
< 10
Kesimpulan : Dapat disimpulkan bahwa untuk variabel
Lingkungan Kerja
tidak terjadi multikolinearitas
Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain. Heteroskedastoisitas terjadi bila varians µ1 tidak konstan, tapi
berubah–ubah pada setiap
pengamatan. Model regresi yang baik yaitu homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara
untuk mendeteksi heteroskedastisitas yaitu melihat
Scatterplot (nilai prediksi dependen ZPRED dengan residual SRESID). Dimana Y ŕ SRESID dan X ŕ ZPRED.
Pendeteksian dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik
tersebut.
Dasar pengambilan keputusan:
1.
Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar
kemudian menyepit), maka terjadi heteroskedastisitas.
2.
Jika tidak
ada pola yang jelas, seperti titik-titk menyebar di atas dan di bawah anga 0 pada
sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 25.0
Berdasarkan Gambar 2 di atas, menunjukkan
penyebaran titik-titik datasebagai berikut:
1.
Titik-titik
data menyebar diatas dan dibawah atau disekitar angka 0.
2.
Titik-titik
data tidak mengumpul hanya diatas atau dibawah saja.
3.
Penyebaran titik–titik
data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebarkemudian menyempit dan melebar
kembali.
4.
Penyebaran titik–titik
data tidak boleh berpola.
Maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen
terbebas dari asumsi klasik heteroskedastisitas dan layak digunakan dalam penelitian.
Uji Korelasi Pearson dilakukan
untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara variabel Kepemimpinan (X1),
Pelatihan (X2) dan Lingkungan Kerja (X3) terhadap Kinerja Guru(Y) Untuk melihat
nilai koefisien korelasi berkisar antara 0 sampai 1 atau nilai semakin mendekati
1 maka hubungan semakin erat, jika mendekati 0 maka hubungan semakin lemah.
Analisis korelasi adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan
secara linear antara dua variabel.
Uji korelasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar hubungan yang terjadi antara
variabel independent terhadap variabel
dependent secara simultan
(bersama-sama), Priyatno (2012). Menurut Riduwan dan Kuncoro (2008), pedoman
untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi adalah dengan melihat Tabel 11 sebagai berikut:
Interval
Koefisien |
Tingkat
Hubungan |
0,80 – 1,000 |
Korelasi sangat kuat |
0,60 – 0,799 |
Korelasi kuat |
0,40 – 0,599 |
Korelasi cukup kuat |
0,20 – 0,399 |
Korelasi rendah |
0,00 – 0,199 |
Korelasi sangat Rendah |
Sumber: Riduwan dan Kuncoro (2008).
Kekuatan
hubungan antara dua variabel biasanya disebut dengan koefisien korelasi dan
dilambangkan dengan huruf “r”, nilai koefisien korelasi r akan selalu berada di
antara -1 sampai +1. Apabila nilai koefisien korelasi mendekati +1 berarti pasangan
data variabel X dan variabel Y memiliki korelasi linear positif yang kuat dan erat. Apabila nilai koefisien korelasi
mendekati -1 maka hal ini menunjukkan pasangan data variabel X dan variabel Y
memiliki korelasi linear negatif yang
kuat dan erat. Apabila nilai koefisien korelasi mendekati 0 (nol), berarti
pasangan data variabel X dan variabel Y memiliki korelasi yang sangat lemah
atau berkemungkinan tidak berkorelasi. Untuk melihat bivariat hubungan Kepemimpinan
(X1), Pelatihan (X2) dan Lingkungan Kerja (X3) terhadap Kinerja Guru(Y), nilai
koefisien korelasi berkisar antara 0 sampai 1 atau nilai semakin mendekati 1 maka
hubungan semakin erat, jika mendekati 0 maka hubungan semakin lemah. Untuk
melihat nilai koefisien korelasi dapat dibantu melalui program SPSS yang menghasilkan
output SPSS sebagai berikut:
Tabel 12 Uji Korelasi
Correlations |
||
|
LINGKUNGAN KERJA |
|
Pearson Correlation |
KINERJA GURU |
,364 |
KEPEMIMPINAN |
,087 |
|
PELATIHAN |
,207 |
|
LINGKUNGAN KERJA |
1,000 |
|
Sig. (1-tailed) |
KINERJA GURU |
,002 |
KEPEMIMPINAN |
,025 |
|
PELATIHAN |
,006 |
|
LINGKUNGAN KERJA |
. |
|
N |
KINERJA GURU |
60 |
KEPEMIMPINAN |
60 |
|
PELATIHAN |
60 |
|
LINGKUNGAN KERJA |
60 |
**. Correlation is significant at the 0.01
level (2-tailed). Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 25.0
Variabel Kepemimpinan (X1) dan Kinerja Guru(Y)
a.
Nilai person correlation sebesar 0.087 berarti
korelasi memiliki keeratanyang kuat antara variabel X1 dan Y.
b.
Korelasi bersifat
positif dan searah (0.087= bilangan positif).
Korelasi signifikan (Sig. = 0.002 < 0.05 level of significant)
Variabel Pelatihan (X2) dan Kinerja Guru(Y)
a.
Nilai person correlation sebesar 0.207 berarti
korelasi memiliki keeratan yang rendah antara variabel X2 dan
b.
Korelasi bersifat
positif dan searah (0.207 = bilangan positif).
c.
Korelasi signifikan
(Sig. = 0.025 < 0.05 level of significant)
Variabel Lingkungan Kerja (X3) dan Kinerja Guru(Y)
a.
Nilai person correlation sebesar 1.000berarti korelasi
memiliki keeratan yang kuat antara variabel X3 dan Y
b.
Korelasi bersifat
positif dan searah (1.000 = bilangan positif)
c.
Korelasi signifikan
(Sig. = 0.006 < 0.05 level of significant)
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Tabel 13 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda-Metode
Enter
Coefficientsa |
||||
Moodel |
Unstandardized Coefficients |
Standardized Coefficients |
||
|
|
|||
B |
Std. Error |
Beta |
||
1 |
(Constant) |
54,139 |
4,164 |
|
KEPEMIMPINAN |
,070 |
,032 |
,239 |
|
PELATIHAN |
,109 |
,031 |
,389 |
|
LINGKUNGAN KERJA |
,091 |
,039 |
,263 |
|
a. Dependent Variable: Keputusan Melanjutkan Pendidikan |
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 25.0
Berdasarkan Tabel 13 di atas,
diketahui persamaan regresi yaitu:
Y |
= |
α + β1X1+ β2X2 + β3X3 + e |
Y |
= |
54.139+ 0.070 X1 +0,109 X2 + 0,091 X3 |
Keterangan: |
||
Y |
= |
Kinerja Guru |
α |
= |
Konstanta |
X1 |
= |
Kepemimpinan |
X2 |
= |
Pelatihan |
X3 |
= |
Lingkungan Kerja |
b1 |
= |
Angka Koefisien Regresi Pertama |
b2 |
= |
Angka Koefisien Regresi Kedua |
b3 |
= |
Angka Koefisien Regresi Ketiga |
e |
= |
Error |
Persamaan regresi tersebut diatas dapat di interpretasikan
sebagai berikut:
1.
Nilai
konstanta sebesar 54.379 artinya jika variabel Kepemimpinan (X1), Pelatihan
(X2) dan Lingkungan Kerja (X3) nilainya adalah 0, maka Kinerja Guru(Y) nilainya
adalah 54,379
2.
Koefisien
regresi (β) X1 mempunyai nilai sebesar 0.070 memberikan arti bahwa Pelatihan
(X1) sebesar 1 satuan Lingkungan Kerja maka akan mengakibatkan peningkatan Kinerja
Guru(Y) sebesar 0.070.
3.
Koefisien
regresi (β) X2 mempunyai nilai sebesar 0,109 memberikan arti bahwa
Kepemimpinan (X2) sebesar 1 satuan Lingkungan Kerja maka akan mengakibatkan peningkatan
Kinerja Guru(Y) sebesar 0,109.
4.
Koefisien
regresi (β) X3 mempunyai nilai sebesar 0,091 memberikan arti bahwa Lingkungan
Kerja (X3) sebesar 1 satuan Lingkungan Kerja maka akan mengakibatkan peningkatan
Kinerja Guru(Y) sebesar 0,091
Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi digunakan untuk
mengetahui besarnya kontribusi pengaruh variabel Kepemimpinan, Pelatihan, dan Lingkungan
Kerja terhadap Kinerja Guru.
Tabel 14 Koefisien Determinasi
Model Summaryb |
||||
Model |
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std. Error of the Estimate |
1 |
,579a |
,335 |
,299 |
1,88723 |
a. Predictors: (Constant),
Lingkungan Kerja, Kualitas_PePelayanan, Kepemimpinan |
||||
b. Dependent Variable: Kinerja
Guru |
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 25.0
Untuk melihat pengaruh variabel
data Pelatihan, Kepemimpinan dan pelatihan terhadap Kinerja Guru. Hasil
perhitungannya akan terlihat dalam model summary
khususnya angka R Square (angka
korelasi yang dikuadratkan). Angka R
Square disebut juga Koefisien Determinasi (KD). Adapun hasil perhitungannya
Nampak pada tabel 14 adalah
sebagai berikut:
Dari Tabel 4.24 dapat
dilihat besarnya angka R adalah 0,579 (a). Angka tersebut menunjukan hubungan
yang sangat kuat antara Kinerja Guru, Pelatihan, Kepemimpinan , dan lingkungan kerja
karena besarnya R 0,579 (a). Karena Variabel bebas lebih dari dua, maka yang
dipakai adalah (adjusted R Square) adalah
0,528. Jadi angka adjusted R Square (Adj
R2) atau Koefisien Determinasi (KD) dalam perhitungan di atas ialah sebesar
0,335 atau sama dengan 33,5 % (rumus untuk menghitung Koefisien Determinasi ialah
r2 x 100%).
KD = r2 x 100% KD = 0,335 x 100%KD = 33,5%
Angka tersebut mempunyai
arti bahwa pengaruh Pelatihan, Kepemimpinan dan lingkungan kerja secara gabungan
terhadap Kinerja Guru adalah 33,5% sedangkan sisanya yaitu 66,5 % (100% –
33,5%) dipengaruhi oleh faktor penyebab lain adalah motivasi, gaji ataupun yang
berasal dari luar model regresi ini.
Uji Hipotesis Koefisien (Uji t)
Uji Hipotesis Koefisien (uji
t) dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas ada pengaruh signifikan
terhadap variabel terikat. Uji t dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan
t tabel sehingga sering disebut uji t. Degree
of freedom pada uji t adalah n-k-1 dimana n ( jumlah data), k (jumlah variabel
independent).
Tabel 15 Hipotesis Koefisien (Uji
t)
Coefficientsa |
|||||||||||
Model |
Unstandardized Coefficients |
Standardized Coefficients |
t |
Sig. |
Zero- order |
Partial |
Part |
Tolerance |
VIF |
||
B |
Std.Error |
Beta |
|||||||||
1 |
(Constant) |
54,139 |
4,164 |
|
13,003 |
,000 |
|
|
|
|
|
KEPEMIMPINAN |
,070 |
,032 |
,239 |
2,182 |
,033 |
,272 |
,280 |
,238 |
,992 |
1,008 |
|
PELATIHAN |
,109 |
,031 |
,389 |
3,491 |
,001 |
,449 |
,423 |
,380 |
,957 |
1,045 |
|
LINGKUNGAN KERJA |
,091 |
,039 |
,263 |
2,349 |
,022 |
,364 |
,300 |
,256 |
,951 |
1,052 |
Dependent Variabel Kinerja Guru
Berdasarkan Tabel 15 diatas, diperoleh t hitung untuk Kepemimpinan
sebesar 2,128, Pelatihan sebesar 3,491 dan Lingkungan Kerja sebesar 2,349.
Untuk menentukan t tabel digunakan lampiran statistika tabel t, dengan menggunakan
α = 5% dengan (df) n-k- 1 dimana n ( jumlah data), k (jumlah variabel independent). Jadi 60-3-1=57. Maka diperoleh nilai t tabel 0,678.
a.
Uji t (Uji
Parsial) variabel Kepemimpinan (X1) terhadap variabel Kinerja Guru(Y). Terlihat
bahwa t hitung untuk koefisien Pelatihan adalah 3.491> t tabel 0,678. Sehingga
hipotesis yang berbunyi terdapat pengaruh yang signifikan antara Kepemimpinan terhadap
Kinerja Guru diterima (H1 diterima dan H0 ditolak) dan signifikansi < 0,05
(0,033 < 0,05), artinya secara parsial variabel Kepemimpinan (X1)
berpengaruh p o s i t i f d a n signifikan terhadap variabel Kinerja Guru(Y).
b.
Uji t (Uji Parsial)
variabel Pelatihan (X2) terhadap variabel Kinerja Guru(Y). Terlihat bahwa t
hitung untuk koefisien Pelatihan adalah 3,491 > t tabel 0,678.Sehingga hipotesis
yang berbunyi terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara Pelatihan terhadap Kinerja Guru
diterima (H2 diterima dan H0 ditolak) dan signifikansi < 0,05 (0,840 <
0,05), artinya secara parsial variabel Pelatihan (X2) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap variabel Kinerja Guru(Y).
c.
Uji t (Uji
Parsial) variabel Lingkungan Kerja (X3) terhadap variabel Kinerja Guru (Y).
Terlihat bahwa t hitung untuk koefisien Lingkungan Kerja adalah 2,349> t tabel
0,678. Sehingga hipotesis yang berbunyi terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan antara Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Guru diterima (H3 diterima
dan H0 ditolak) dan signifikansi < 0,05 (0,022 < 0,05), artinya secara parsial
variabel Lingkungan Kerja (X3) berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel
Kinerja Guru(Y).
Tabel 16 Uji Kelayakan
Keterandalan (Uji-F)
ANOVAa |
||||||
Model |
Sum of Squares |
Df |
Mean Square |
F |
Sig. |
|
1 |
Regression |
100,481 |
3 |
33,494 |
9,404 |
,000b |
Residual |
199,452 |
56 |
3,562 |
|
|
|
Total |
299,933 |
59 |
|
|
|
|
a. Dependent Variable:
Kinerja Guru |
||||||
b. Predictors: (Constant),
Lingkungan Kerja, Pelatihan, Kepemimpinan |
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 25.0
Berdasarkan hasil output diatas dapat disimpulkan bahwa
dengan melihat nilai Sig. 0,000 nilai tersebut memenuhi ketentuan karena sig <
0,05. Uji F dilakukan dengan
membandingkan F hitung dengan F tabel sehingga sering disebut uji F. Pada uji f
adalah n-k-1 dimana n ( jumlah data), k (jumlah variabel independent). Jadi 60-3-1=57. Maka diperoleh nilai F tabe
2,35Terlihat bahwa F hitung untuk koefisien adalah >9,404 F tabel 2,35.
Sehingga hipotesis yang berbunyi terdapat pengaruh yang signifikan.
Interpretasi Hasil Penelitian
Pengaruh Variabel Kepemimpinan Terhadap
Kinerja Guru
Hasil pengujian hipotesis
pertama, pada penelitian ini menunjukan bahwa Kepemimpinan (X1) mempunyai
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Kinerja Guru(Y). Terlihat bahwa t
hitung untuk koefisien Kepemimpinan adalah 2,182 > t tabel 0,678. Sehingga
hipotesis yang berbunyi terdapat pengaruh yang signifikan antara Kepemimpinan
terhadap Kinerja Guruditerima (H1 diterima dan H0 ditolak) dan signifikansi
< 0,05 (0,033 < 0,05), artinya secara parsial variabel Kepemimpinan (X1)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel Kinerja Guru(Y). Hal ini
menunjukan bahwa guru memandang Kepemimpinan di SMK Pandawa Budi Luhur dirasakan
sudah bagus dan optimal dan akhirnya mempengaruhi guru untuk lebih giat terhadap
Kinerja Guru di SMK Pandawa Budi Luhur .
Pengaruh Variabel Pelatihan Terhadap Kinerja
Guru
Hasil pengujian hipotesis
kedua, pada penelitian ini menunjukan bahwa Pelatihan (X2) terhadap variabel
Kinerja Guru(Y). Terlihat bahwa t hitung untuk koefisien Pelatihan adalah
3,491> t-tabel 0,678. Sehingga hipotesis yang berbunyi terdapat pengaruh
positif dan signifikan antara Pelatihan terhadap Kinerja Guru diterima (H2
diterima dan H0 ditolak) dan signifikansi < 0,05 (0,001)< 0,05), artinya
secara parsial variabel Pelatihan (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
variabel Kinerja Guru(Y). Hasil penelitian penulis tersebut. Hal ini menunjukan
bahwa guru sangat memperhatikan Pelatihan untuk Kinerja Guru di SMK Pandawa Budi
Luhur.
Pengaruh Variabel Lingkungan Kerja terhadap
Kinerja Guru
Hasil pengujian hipotesis
ketiga, pada penelitian ini menunjukan bahwa Lingkungan Kerja (X3) terhadap variabel
Kinerja Guru(Y). Terlihat bahwa t hitung untuk koefisien lingkungan kerja
adalah 2,349 > t tabel 0.678. Sehingga hipotesis yang berbunyi terdapat pengaruh
yang positif dan signifikan antara Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Guru diterima
(H3 diterima dan H0 ditolak) dan signifikansi < 0,05 (0,022 < 0,05), artinya secara parsial
variabel Lingkungan Kerja (X3) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
variabel Kinerja Guru(Y). Hal ini menunjukan bahwa guru menilai Lingkungan
Kerja yang ada di SMK Pandawa Budi Luhur sangat kondusif dan menngkatkan kinerja
guru.
Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh variabel Kepemimpinan (X1), Pelatihan (X2), Lingkungan Kerja (X3)
terhadap Kinerja Guru(Y) pada SMK Pandawa Budi Luhur, Jakarta Selatan. Dari rumusaan
masalah penelitian yang diajukan, maka analisis data yang telah dilakukan dan pembahasan
yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kepemimpinan (X1) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Kinerja Guru. 2. Pelatihan (X2) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap KinerjaGuru. 3.
Lingkungan Kerja (X3) berpengaruh positif dan signifikan terhadap KinerjaGuru.
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, Siti M. (2017).
“Efektivitas Sistem Informasi Internet Banking BiPlus Terhadap Manfaat
Bersih Pada PT. Bank UOB Indonesia.”
Armani, Anggun Retha, &
Margunani, Margunani. (2017). Pengaruh Profesionalisme Guru, Disiplin Kerja Dan
Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Guru Mata Pelajaran Ekonomi Di Sma Negeri
Se-Kabupaten Sragen. Economic Education Analysis Journal, 6(1),
70–82.
Darmadi, D. (2018). Manajemen
Sumber Daya Manusia Kekepala Sekolahan “Melejitkan Produktivitas kerja kepala
sekolah dan faktor-faktor yang mempengaruhi.” Yogyakarta: Deepublish.
Priyono, Bayu Hendro, Qomariah,
Nurul, & Winahyu, Pawestri. (2018). Pengaruh gaya kepemimpinan, motivasi
guru dan lingkungan kerja fisik terhadap kinerja guru SMAN 1 Tanggul Jember. Jurnal
Manajemen Dan Bisnis Indonesia, 4(2), 144–160.
Purnama, Eka, & Yuwono, Imam.
(2023). IMPLEMENTASI MANAJEMEN TALENTA DAN MANAJEMEN PENGETAHUAN TERHADAP
KINERJA KARYAWAN CITRA SIRKUIT RESIDENCE JO. Mufakat: Jurnal Ekonomi,
Manajemen Dan Akuntansi, 2(6), 288–298.
Sembiring, Muskadi, Jufrizen,
Jufrizen, & Tanjung, Hasrudy. (2021). Efek Mediasi Kepuasan Kerja pada
Pengaruh Motivasi Dan Kemampuan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai. Maneggio:
Jurnal Ilmiah Magister Manajemen, 4(1), 131–144.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.Bandung:Alfabeta. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D.Bandung:Alfabeta.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Sugiyono. (2016). Metode
penelitian kualitatif: jenis, karakteristik dan keunggulannya.
Sugiyono. (2017). Metode
Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung.
Sugiyono. (2018). Metode
Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Supardi, Supardi. (2014). Kontribusi
supervisi kepala madrasah, iklim kerja, dan pemahaman kurikulum terhadap
kinerja guru madrasah aliyah. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 20(1),
59–73.
Taufiqurrahman, Taufiqurrahman, &
Indarti, Sri. (n.d.). Pengaruh Motivasi Kerja dan Lingkungan Kerja terhadap
Kinerja Guru di MTS Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan. Riau University.
Widiastini, Ni Komang Mia, Wijaya,
Putu Yudy, & Mahayasa, I. Gede Aryana. (2023). Pengaruh Kompetensi Dan
Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan. Journal of Applied Management
Studies, 4(2), 147–158.